Senin 15 Jul 2019 16:18 WIB

BNPB Atasi Karhutla dengan Bom Air dan Modifikasi Cuaca

99 persen karhutla selama ini terjadi karena ulah manusia.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Indira Rezkisari
Sebuah helikopter melakukan pengeboman air (water bombing) terhadap lahan yang terbakar dekat permukiman warga di Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Riau, Kamis (7/3/2019).
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Sebuah helikopter melakukan pengeboman air (water bombing) terhadap lahan yang terbakar dekat permukiman warga di Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Riau, Kamis (7/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan dua cara untuk menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yakni dengan water bombing atau bom air dan membuat hujan buatan. Saat ini, kedua cara tersebut telah dilakukan untuk menangani asap yang berasal dari karhutla.

"Sudah dilakukan, sudah dipantau juga. Sehingga ada berbagai gabungan (untuk menanggulangi asap karhutla)," ujar Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB, Agus Wibowo, di kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (15/7).

Baca Juga

Ia menjelaskan, untuk menanggulangi karhutla, BNPB melakukan langkah-langkah pemadaman. Langkah pemadaman itu ada dua, yakni water bombing dengan menjatuhkan air ke titik panas dengan menggunakan helikopter dan membuat hujan buatan.

"Selain water bombing kita juga pakai namanya teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan. Itu sudah ada," kata dia.

Di samping melakukan penanggulangan, BNPB juga menyiapkan langkah-langkah pencegahan agar karhutla tak kembali terjadi. Langkah pencegahan ini dilakukan oleh tim gabungan yang disebar ke enam provinsi rawan karhutla, yakni Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

"BNPB juga bekerja sama dengan TNI akan mengirim untuk setiap provinsi tadi masing-masing kurang lebih 1.500 orang tentara dan gabungan. Jadi tentara ini akan bekerja di lapangan nanti, akan membantu atau mengamankan," jelasnya.

Karhutla yang selama ini terjadi, kata Agus, 99 persen karena ulah manusia. Menurutnya, manusia dengan sengaja membakar lahan untuk menanam tanaman baru di atasnya. Karena itu, langkah pencegahan karhutla menjadi fokus pemerintah untuk tahun 2019 ini.

"Kita kirimkan personel gabungan TNI dan lainnya untuk ke diturunkan ke daerah-daerah. Pertama untuk sosialisasi bahwa membakar hutan tidak bagus. Kemudian juga akan memberi masukan-masukan," kata Agus.

Ia menyampaikan, Kepala BNPB, Letjen TNI Doni Munardo, meniru apa yang telah dilakukannya di Sungai Citarum, yakni melakukan pendekatan ke masyarakat. Tim gabungan diturunkan untuk membantu dan mendekati masyarakat agar ke depannya mereka bisa mengubah kebiasaannya.

"Sehingga mereka bisa ke depannya adalah mengubah, sehingga mereka tidak membakar hutan lagi atau berubah cara tanamnya supaya tidak yang kering lagi. Jadi mengubah supaya modelnya mungkin yang lebih bagus lagi, sehingga tidak mudah kebakar," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement