REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial (Kemensos) menargetkan dapat menurunkan angka kemiskinan yang masih 9,66 persen per September 2018 menjadi sekitar 9 sampai 9,33 persen di akhir tahun ini. Target mengurangi kemiskinan dilakukan dengan beberapa upaya termasuk memperbaiki data.
Sekjen Kemensos Hartono Laras mengatakan, ada beberapa hal yang dilakukan pihaknya untuk mewujudkan target.
"Pertama, kami terus melakukan perbaikan data supaya data ini akurat. Sehingga program-program kami bisa fokus berdasarkan data terpadu (basis data terpadu)," katanya saat ditemui, usai rapat koordinasi tentang kesejahteraan sosial, di Jakarta, Selasa (9/7) malam.
Selain itu, ia menyebut Kemensos juga melakukan upaya untuk perbaikan mekanisme program. Salah satunya, menambah indeks bantuan sosial program keluarga harapan (PKH) dengan menggunakan pendekatan tujuh komponen.
Jika dulu bantuan PKH yang diterima keluarga penerima manfaat (KPM) sama jumlahnya, kini berbeda karena berdasarkan beban setiap KPM. Ia mencontohkan, besar bantuan yang diterima KPM ibu punya anak berbeda dengan KPM yang memiliki anak dan anggota keluarga lanjut usia.
Selain itu, pihaknya menargetkan perluasan bansos bantuan pangan non tunai (BPNT). Jika dulu sebelum 2017 masih ada penerima bantuan beras sejahtera (rastra) tetapi kini berbeda karena Kemensos menargetkan semua bantuan rastra ditransformasi ke BPNT hingga akhir 2019. Ia menyebut masih ada 5,3 uta KPM yang menerima rastra. Targetnya di akhir 2019 sebanyak 15,6 juta KPM menerima BPNT. Diharapkan instrumen bantuan yang tepat ini bisa menurunkan angka kemiskinan.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase angka kemiskinan per September 2018 kembali mengalami penurunan menjadi 9,66 persen dari posisi Maret sebesar 9,82 persen.Kepala BPS Suhariyanto mengatakan jika dilihat angkanya maka jumlah orang miskin di Indonesia menjadi 25,67 juta orang dari yang sebelumnya 25,95 juta orang.