REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai, Airlangga Hartanto dan Bambang Soesatyo punya kelebihan dan kekurangan jika melihat rekam jejak masing-masing. Ia menilai, keduanya punya potensi yang sama menjadi Ketua Umum Golkar.
Pangi mengatakan, Airlangga memiliki pengalaman sebagai Menteri Perindustrian pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Menurutnya, calon ketua umum pejawat menjabat sebagai salah satu posisi strategis dalam menunjang perekonomian nasional.
"Airlangga sudah punya pengalaman dalam hal pengelolaan birokrasi. Menteri strategis di ekonomi itu kan ada tiga, yang menjadi tulang punggung kabinet yakni menteri pertanian, perindustrian dan investasi," kata Pangi Syarwi Chaniago di Jakarta, Selasa (9/7).
Pangi melanjutkan, keberhasilan Airlangga mengemban amanah presiden memimpin kementerian perindustrian itu adalah salah satu prestasi. Dia mengatakan, Airlangga juga pernah menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014 dan diberi amanah menjadi Ketua Komisi VI DPR RI yang membidangi urusan Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, UKM dan BUMN.
"Track recordnya juga cukup baguslah, kita akui, dalam mengelola perekonomian dan birokrasi beliau unggul," ujarnya.
Sayangnya, dia mengatakan, pengalaman dan keunggulan birokrasi itu tidak terjadi ketika dia memimpin Golkar. Pangi menilai, Airlangga gagal berinovasi dan menguatkan basis-basis Golkar sehingga berefek pada penurunan suara Golkar secara nasional.
"Artinya perlu dievaluasi kemahiran, kepiawaian beliau dalam memimpin sebuah organisasi politik dan gagal menjadikan partai Golkar sebagai partai pemenang pemilu," katanya.
Di lain sisi, dia mengatakan, Bamsoet mempunyai modal dasar yaitu jabatannya sebagai Ketua DPR RI. Disamping itu, dia mengatakan, mantan bendahara DPP Golkar itu juga berpengalaman dalam pengurus partai.
Pangi melanjutkan, Bamsoet kerapkali mendapat apresiasi selama mengemban amanah menjadi ketua DPR. Di bawah kepemimpinannya citra dan kinerja DPR meningkat.
"Semenjak dilantik, Bamsoet juga bisa dibilang cukup sering disorot media sehingga publik pun familiar dengan namanya," kata Pangi.
Dia menilai, Bamsoet banyak melakukan beberapa terobosan serta konsisten dalam mengelola persidangan, perencanaan persidangaan dan dinamika kelembagaan. Dalam keorganisasian, lanjutnya, Bamsoet terdaftar dan aktif dalam beberapa organisasi besar yang memiliki akar rumput seperti, Kosgoro, Pemuda Pancasila dan FKPPI.
Kendati, Pangi mengungkapkan, Bamsoet juga bukan tanpa kekurangan. Belakangan, dia melanjutkan, sempat santer isu berhembus yang menimpanya bahwa Bamsoet memiliki gelar Master Bisnis dari kampus IMNI (IM New Port Indonesia) yang diduga illegal.
Walaupun semua sudah dibantahkan oleh Menristekdikti langsung, yang menyebutkan bahwa ijazah Bamsoet sah. Berbeda dengan Airlangga Hartarto yang memiliki rekam jejak akademik sarjana dari kampus ternama yaitu Universitas Gajah Mada, dan menyelesaikan gelar Master Bisnis dari Monash University, Australia.
"Keduanya memiliki Kelebihan dan kekurangan, tinggal bagaimana yang lebih dibutuhkan oleh Partai Golkar ke depan," katanya.