Jumat 05 Jul 2019 17:30 WIB

Bantuan Air Bersih Terus Disalurkan ke Gunungkidul

Terdapat sekitar 105.234 jiwa di Gunungkidul yang diprediksi terdampak kekeringan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Penyaluran bantuan air bersih yang disampaikan ACT-MRI DIY kepada  masyarakat di Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul,  DIY, Jumat (5/7).
Foto: dok. ACT
Penyaluran bantuan air bersih yang disampaikan ACT-MRI DIY kepada masyarakat di Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Jumat (5/7).

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah yang paling merasakan dampak kekeringan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Karenanya, bantuan air bersih terus disalurkan berbagai lembaga kepada masyarakat terdampak.

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul yang diterima Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY, tercatat 14 kecamatan sedang mengalami kekeringan. Bahkan, berpotensi mengalami krisis air bersih. Artinya, terdapat sekitar 105.234 jiwa di Kabupaten Gunungkidul yang tahun ini diprediksi atau mungkin sudah terdampak kekeringan.

Baca Juga

Seorang relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI), Sarah mengatakan sulitnya memperoleh air bersih membuat sejumlah warga terpaksa berusaha ekstra untuk mendapat air. Salah satunya di Kecamatan Ngawen. Menurut Sarah, di Kecamatan Ngawen hanya tersedia beberapa sumur yang hampir seluruhnya kering. Tempat penampungan air mulai pula alami kekeringan.

"Hingga terlihat kerak yang mulai mengelupas," kata Sarah saat memberikan bantuan air bersih di Kecamatan Ngawen, Jumat (5/7).

Sebagai bentuk kepedulian atas kekeringan yang melanda, Tim ACT-MRI mengirimkan setidaknya 15 ribu liter air bersih ke sana. Tapi, di Kecamatan Ngawen baru bisa menjangkau Desa Jurangjero.

Sarah menerangkan, biasanya masyarakat Desa Jurangjero harus membeli air dari truk-truk tangki swasta. Tentu saja, membutuhkan biaya yang memang tidak murah.

"Bahkan, rata-rata untuk sekali pengiriman air membutuhkan biaya hingga Rp 350 ribub per tangki, sehingga tidak semua keluarga mampu membeli air," ujar Sarah.

Ia menerangkan, faktor ekonomi menjadi kendala masyarakat masih banyak yang sulit mendapatkan air bersih. Selain itu, sumber mata air yang jauh menjadi faktor harga beli air tangki menjadi mahal.

Setidaknuya, jarak dari sumber mata air menuju Desa Jurangjero kurang lebih 15 kilometer. Seorang warga Desa Jurangjero, Narno (65) membenarkan, sering mereka harus berjalan sangat jauh.

"Biasanya hanya bisa ambil air di sumber air kecil yang tempatnya jauh dan kami harus jalan kaki karena jalannya jelek, terjal dan berbatu," ujar Narno yang langsung membawa jerigen air 25 liter.

Selama musim kemarau ini, ACT DIY menargetkan program dropping air bersih ke Kabupaten Gunungkiudl sebanyak 500 tangki. Artinya, akan ada 2,5 juta liter air bersih yang disalurkan bertahap.

Pada hari yang sama, Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM turut menyalurkan bantuan air bersih ke Kabupaten Gunungkidul. Sebanyak 100 tangki air bersih disalurkan.

Utamanya, ke Dusun Temu Ireng, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang. Pengelola MM FEB UGM, Bayu Sutikno berharap, bantuan air bersih yang disalurkan dapat meringankan beban masyarakat.

"Semoga pada waktu mendatang kita bisa dapat lebih berperan aktif lagi dalam membantu masyarakat," kata Bayu.

Kepala Desa Girisuko, Jamin Paryanto, menyampaikan apresiasi kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan. Selama ini, mereka harus mengeluarkan biaya membeli air yang tidak murah.

Bahkan, Jamin menekankan, masyarakat harus membeli air untuk kebutuhan sehari-hari sejak Maret. Ia berharap, perhatian terus disampaikan pihak-pihak lain demi membantu masyarakat.

"Kita harapkan MM UGM terus berperan membantu masyarakat di sini," ujar Jamin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement