Kamis 04 Jul 2019 23:54 WIB

Perwakilan UNHCR Akhirnya Para Imigran Pencari Suaka

Ketua Keamanan UNHCR memilih tak berbicara usai menemui imigran pencari suaka

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perwakilan UNHCR temui pendemo imigran yang mencari tempat tinggal atau suaka di depan gedung Menara Ravindo, Kebon Sirih, Kamis (4/7).
Foto: Republika/Nugroho Habibi
Perwakilan UNHCR temui pendemo imigran yang mencari tempat tinggal atau suaka di depan gedung Menara Ravindo, Kebon Sirih, Kamis (4/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Badan PBB untuk pencari suaka (United Nations High Commissioner for Refugees / UNHCR) akhirnya menemui pendemo imigran pencari suaka. Berdasarkan pantauan Republika.co.id, Ketua keamanan UNHCR, Faisal membawa dua anggota UNHCR yang bertugas untuk menerjemahkan setiap perkataannya.

Pertama, Faisal melakukan dialog dengan pendemo dari Afganistan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa Inggris kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Afganistan, Pashtun. Faisal meminta pendemo untuk menjelaskan permintaan (tuntutan) melalui perwakilan kemudian masuk ke kantor UNHCR. 

Setelah tuntutan pendemo disampikan dan didengar oleh UNHCR, Faisal meminta pendemo untuk kembali ke Rumah Detensi Migrasi (Rudenmin) Kalideres (sekitar Jalan Peta Selatan), Jakarta Barat. "After we consult you, please go back to Kalideres," ujar Faisal di depan gedung Menara Ravindo, Kebon Sirih, Kamis (4/7).

Faisal kembali mengulang pernyataannya kepada para pendemo dari Somalia dan Sudan. Hanya saja, perkataan Faisal diterjemahkan kedalam bahasa Arab yang merupakan bahasa kedua negara tersebut. 

Saat di mintai keterangan, Faisal enggan memberi penjelasan lebih lanjut. Dia mengatakan, tidak memiliki wewenang untuk menyampaikan ke pernyataan kepada awak media. "Silahkan hubungi UNHCR yah, saya tidak berwenang, hanya menyampaikan pesan dan menertibkan saja," ujarnya usai bertemu dengan para pendemo.

Sementara, Abdull Aziz, pendemo dari Afganistan mengatakan, mereka tidur di trotoar dan memasang tenda karena tidak punya tempat tinggal. Bersama dengan teman-temannya, Dia menjelaskan, hanya ingin mencari tempat yang aman. Sebab, di Afganistan sedang terjadi peperangan. 

"In our country is war, kami mencari kemanan di sini," ujar Aziz dengan menggunakan bahasa campuran.

Dia menjelaskan, telah lima tahun berada di Indonesia. Selama 3,5 tahun mendapat fasilitas dan 1,5 tahunnya hidup terlantar tanpa memiliki tempat tinggal yang layak. Dia mengatakan, pada 1,5 tahun belakang, seringkali mendapat bantuan berupa air mineral dan makanan dari warga sekitar. 

Selain itu, Aziz menjelaskan, tujuan mereka mendirikan tenda di depan kantor UNHCR tak lain untuk meminta tempat tinggal dan diberi (dijatah) uang untuk makan. "We need a help, tempat tinggal and some food for us," ucapnya. 

Terkait paspor dan visa, dia mengaku tak memiliki dokumen tersebut. Saat ditanya, perjalanan dari Afganistan menuju ke Indonesia, Dia mengaku sudah tak menginggatnya. "Lupa saya. We come here, one by one by a ship, thera also by a boat," ungkapnya. 

Sementara, rekan Aziz, Ghani menceritakan dirinya telah berkeliling ke sejumlah negara, diantaranya Malaysia, Singapore, hingga Austronesia. Dalam perjalanananya, dia mengaku selalu menuntut hal yang sama ke UNHCR di setiap negara.

"In Malaysia, UNHCR give a money and food, but not for a long time," katanya.

Setelah bantuan mereka habis, Ghani yang masih memiliki paspor mengaku kembali meminta bantuan ke pemerintah Malaysia dengan cara yang serupa untuk ongkos pulang atau berpindah ke negara lain. Setelah memperoleh tuntutannya, dia menjelaskan akan berpindah ke negara lain. Dia pun mengatakan tak tahu sampai seperti itu. 

Menurutnya, hanya seperti itu cara bertahan hidup. Namun dia tetap berharap, suatu saat dapat menetap di suatu tempat untuk bisa hidup secara layak. "We want to go in a county, but where we get money?," katanya. 

Sedangkan, salah satu sumber yang enggan disebut namanya menjelaskan, Indonesia memiliki warga negara yang punya belas kasih. Karena itu, mereka sengaja memanfaatkan untuk mendapat fasilitas atau makanan.

"Mereka sudah bisa mengelilingi negara lain, Indonesia itu menjadi pilihan karena kita dikenal sering membantu," ucapnya.

Padahal, sumber itu mengatakan, disamping gedung telah disediakan tenda untuk mereka tidur. Dia menuding, mereka sengaja membuat tenda di jalan protokol agar terlihat oleh masyarakat dan pemerintah agar mendapat perhatian dan simpati.

"Tidur itu sampek trotoar nggak muat, sehingga menghalangi jalan. Pas disuruh minggir, yang bawa anak itu cubit anaknya biar nangis," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement