Selasa 02 Jul 2019 17:30 WIB

Warga Diamuk Celeng, Tagana Ajak Komunitas Ikut Berburu

Empat warga diamuk celeng yang turun ke perkebunan dari hutan.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Reiny Dwinanda
Babi hutan (ilustrasi)
Foto: REUTERS
Babi hutan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS --  Musim kemarau menyebabkan satwa liar di kawasan hutan lereng selatan gunung Slamet Kabupaten Banyumas, keluar dari habitatnya. Tak hanya merusak dan memakan berbagai tanaman yang dibudidayakan warga di lahan sekitar hutan, belasan babi hutan juga menyerang menyerang warga yang ditemuinya.

Seperti yang terjadi Selasa (2/7), empat orang warga mengalami luka-luka akibat diserang celeng. Koordinator Tagana Banyumas Ady Candra, kejadian penyerangan babi hutan pada warga tesebut, terjadi di tempat terpisah.

Baca Juga

Karsikin (48) yang merupakan warga Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng, diserang babi hutan saat sedang bekerja sendiri di ladang. Ady mengungkapkan, korban saat ini dirawat di RS Wijayakusuma karena mengalami luka cukup parah.

Sementara itu, Maksum (52), Warsinah (34) dan Rahmat Suwaryo (47) yang merupakan warga Desa Windujaya Kecamatan Kedungbanteng, dua di antaranya mengalami luka berat sehingga harus dirawat di RS Islam Purwokerto. Kedua korban tersebut, terdiri dari Warsinah dan Rahmat Suwaryo.

''Sedangkan Pak Maksum hanya mengalami luka ringan, karena bisa menghindar dari serangan babi hutan tersebut,'' kata Ady.

Dia menyebutkan, warga yang menjadi korban keganasan serangan babi hutan tersebut sedang bekerja di ladang sekaligus mencari rumput untuk makan ternaknya. 'Babi hutan atau celeng yang menyerang ketiga warga tersebut bukan hanya satu atau dua ekor.

"Ada belasan ekor, sehingga warga tidak mampu menghadapi amukan kawanan tersebut,'' katanya.

Ady menyatakan, saat ini warga bersama anggota Tagana dan anggota Polsek Kedungbanteng sedang melakukan perburuan terhadap kawanan satwa liar tersebut. Hal itu dilakukan karena keberadaan hama itu sudah meresahkan warga.

"Bahkan pada saat tertentu, hewan tersebut juga sudah berani masuk ke permukiman,'' jelasnya.

Ady berharap, para komunitas pemburu atau anggota Perbakin, bisa ikut membantu warga mengatasi hewan liar ini. Ia menduga kemungkinan populasi babi hutan di lereng selatan Gunung Slamet sudah cukup banyak, sehingga bahan pangan alami yang ada di hutan sudah tidak mencukupi kebutuhan mereka.

"Apalagi pada musim kemarau seperti sekarang,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement