REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Kabupaten Gunungkidul jadi sentra mobilisasi hewan ternak dari perbatasan luar DIY. Khususnya, dari daerah-daerah endemis antraks seperti Boyolali, Sragen, Pacitan dan Wonogiri.
Untuk itu, surveilans ternak harus dilaksanakan dengan baik. Termasuk, surveilans kemungkinan-kemungkinan dampak penyakit antraks terhadap manusia.
Hal ini wajib dilakukan daerah-daerah perbatasan. Terlebih, lima kasus sapi mendadak di Desa Bejihargjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, diperkirakan karena antraks.
Meski begitu, hasil laboratorium dinyatakan negatif bagi manusia. Namun, Kepala Seksi Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan DIY, Trisno Agung Wibowo menekankan, semua harus tetap waspada.
"Situasi ini tetap harus diamati sampai 120 hari ke depan," kata Agung saat Sosialisasi dan Finalisasi Pemilihan dan Penanganan Daging Kurban, Senin (1/7).
Ia menuturkan, sebagai antisipasi terjadinya penularan antraks, bila akan menyembelih sapi harus ada Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) Puskeswan, Dinas Peternakan, atatu Lab setempat.
Hal itu harus dilakukan untuk memastikan kesehatan dan keamanan hewan tersebut untuk dikonsumsi. Tapi, Agung menekankan, penularan antraks dari manusia ke manusia tidak akan terjadi.
"Tapi, dari hewan ke manusia bisa terjadi, mengingat penyakit antraks ini sangat cepat dampaknya," ujar Agung.
Untuk itu, ia mengimbau, bila ada kasus bergejala positif antraks harus segera diobati dan dilakukan penyaringan. Sebagaimana telah dilakukan di Desa Bejiharjo kepada seluruh penduduk.
Kepala Seksi Kesehatan Veteriner DPP Kabupaten Gunungkidul, Retno Widiastuti menuturkan, sejak penemuan hewan mati mendadak lalu telah diaktifkan lagi check point satu demi satu hewan.
Utamanya, di Pasar Hewan Siyono di Playen dan Pasar Hewan Ngebrak di Semanu. Khusus untuk zona merah yang diduga jadi daerah-daerah perkembangannya diberlakukan pelarangan ke luar.
Di Grogol 1-6 untuk sementara hewan tidak boleh ke luar wilayah sebelum dilakukan pemeriksaan dari dinas-dinas terkait. Walaupun, Kabupaten Gunungkidul sendiri bukan daerah endemis antraks.
"Untuk mengantisipasi berkembangbikanya spora zoonosi antraks lebih luas di Gunungkidul, dan sekarang telah dilakukan vaksinasi di zona merah ini," ujar Retno.
Soal persiapan Idul Adha, puskeswan-puskeswan yang bawahi Pasar Hewan Siyono dan Pasar Hewan Semanu telah menerjukan tim. Mereka bertugas setiap hari memantau hewan kurban yang akan ke luar.
Dari data Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul, ketersediaan ternak kurban jenis sapi jantan sampai hari ini berjumlah 152.663 ekor. Meningkat dari jumlah sapi dipotong 2018 yaitu 18.701 ekor.