Selasa 02 Jul 2019 03:15 WIB

Seribu Hektare Lahan Sawah di Cianjur Terancam Gagal Panen

Kerugian akibat gagal panen ini ditaksir mencapai Rp 80 miliar

Petani melihat padi gagal panen akibat kekeringan di Desa Ketapang, Lebak, Banten, Kamis (27/6/2019).
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Petani melihat padi gagal panen akibat kekeringan di Desa Ketapang, Lebak, Banten, Kamis (27/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Seribuan hektare lahan pertanian di Cianjur, Jawa Barat, yang biasa menghasilkan puluhan ribu ton beras terancam gagal panen atau puso akibat kekeringan. Kerugian akibat kekeringan ini ditaksir mencapai Rp 80 miliar.

Camat Cibeber, Ali Akbar mengatakan sejak awal musim kemarau saluran irigasi yang biasa mengaliri sedikitnya 1.007 hektare lahan pertanian pada sembilan di Kecamatan Cibeber mengering akibat ambrol dan belum diperbaiki.

Baca Juga

"Ambrolnya irigasi tersebut membuat aliran air tidak normal, terutama pada musim kemarau seperti sekarang, lahan pertanian di wilayah kami terancam kekeringan hingga gagal panen," katanya pada wartawan Senin (1/7).

Ia menjelaskan tanggul irigasi Sungai Cikondang ambrol pada Januari meskipun saat itu debit air dalam kondisi normal. Tanggul tersebut, kata dia, sudah cukup tua dan rentan terjadi bencana alam.

"Selama ini lahan pertanian di sembilan desa tersebut mengandalkan aliran air dari irigasi itu. Rusaknya irigasi sangat berpengaruh besar, terlebih pada musim kemarau seperti sekarang," kata Ali Akbar.

Pihak telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mengajukan perbaikan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar), mengingat irigasi merupakan kewenangan pemprov.

"Hingga saat ini prosesnya baru ditenderkan dan kemungkinan dibangun awal tahun depan, sehingga diperkirakan baru akan berfungsi pada 2021. Informasinya begitu, dibangun tahun depan dan difungsikan di tahun selanjutnya," kata Ali.

Lamanya proses perbaikan dan pembangunan irigasi akan berdampak pada produksi pertanian di Cianjur yang diperkirakan akan kehilangan puluhan ribu ton padi yang setiap hektarenya dapat menghasilkan 9-10 ton.

"Cibeber merupakan lumbung padi Cianjur dengan tingkat produksi yang tinggi, sehingga akan sangat berpengaruh pada produksi tingkat kabupaten. Saat ini tercatat sudah seribuan hektar yang terancam gagal panen," katanya.

Bahkan, lanjut dia, ada laporan pada sejumlah desa kondisi tanah lahan pertanian sudah pecah-pecah, kemungkinan dalam waktu dekat tanaman padi akan mati dan mengalami gagal panen atau fuso.

Untuk mengantisipasi dampak ekonomi bagi petani, pemerintah kecamatan sudah melakukan pengarahan agar menanam palawija selama musim kemarau atau hingga perbaikan irigasi selesai.

Sementara Plt Bupati Cianjur, Herman Suherman mengatakan pihaknya terus mendesak Pemprov Jabar untuk mempercepat perbaikan irigasi Sungai Cikondang karena keberadaannya sangat penting terutama untuk pertanian.

"Saat ini kami melalui pemerintah kecamatan sudah melakukan perbaikan ringan agar air dari sungai bisa tetap mengalir ke lahan pertanian, meskipun debitnya memang tidak normal," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement