Sabtu 29 Jun 2019 22:00 WIB

Kombinasi Kopi dengan Fermentasi dan Ekstraksi Buah Tropis

Fermentasi dan ekstraksi buah mencegah efek negatif akibat konsumsi kopi berlebih.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Friska Yolanda
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) melakukan inovasi kopi dengan memadukan ekstraksi dan fermentasi buah tropis.
Foto: dok. Pribadi
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) melakukan inovasi kopi dengan memadukan ekstraksi dan fermentasi buah tropis.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Budaya minum kopi sepertinya terus berkembang dari waktu ke waktu. Minuman juga ini acap dijadikan pelengkap kumpul bersama teman-teman di satu tempat.

Meski nikmat, ternyata kopi memiliki efek yang kurang baik bagi kesehatan. Hal ini terutama pada kandungan kafein di dalamnya. Efek kurang baik ini akan diperparah jika tidak dibarengi dengan pola hidup sehat lainnya.

Berdasarkan situasi tersebut, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) mencoba menciptakan satu inovasi baru pada kopi. Yusril Fatahilmi, Elok Paikoh, Novita Kartika Kusuma Wardani, Fajar Noor Alamsyah N, dan Muhamad Ibnu Fajar berhasil mengombinasikan kopi dengan ekstraksi dan fermentasi buah tropis. Inovasi ini kemudian diberi nama BATACO, Exotical Fruit Coffee.

Inovasi ini dianggap mampu memberikan solusi kepada penggemar kopi dalam pemenuhan gizi mikro tubuh. Produk ini juga dapat mencegah pengerasan pembuluh darah yang mengakibatkan stroke, mencegah serangan jantung akibat efek kafein dan mampu meningkatkan kinerja otak serta daya ingat.

Mahasiswa UB Yusril Fatahilmi menjelaskan, inovasi ini pada awalnya bukan untuk memproduksi kopi. Tim memfokuskan diri pada kulit pisang karena banyak terbuang dan tidak dimanfaatkan di masyarakat. Mereka ingin menjadikan kulit pisang sebagai minuman teh. 

"Tapi saat diproses ternyata baunya seperti kopi. Pas dicoba rasanya seperti teh tarik," kata Yusril kepada Republika.co.id, Jumat (28/6).

Di tengah kebingungan ini, Yusril dan tim langsung berdiskusi dengan dosen pembimbing. Berdasarkan hasil diskusi, kulit pisang pada dasarnya tidak bisa dijadikan bahan utama kopi. Biji kopi tetap menjadi unsur utama dalam menciptakan minuman tersebut. Tim hanya perlu menambahkan fermentasi dan ekstraksi buah-buahan di dalamnya.

Pada tahap awal percobaan, Yusril secara acak memilih buah-buahan seperti mangga dan alpukat. Namun pada akhirnya tim mengubah unsur tersebut dengan memasukkan buah-buahan asli Indonesia. 

Di Jepang, kata Yusril, nanas termasuk buah yang sangat mahal. Begitupula dengan harga pisang di negara lain. Dari hasil pembicaraan ini, tim pun menetapkan nanas, manggis, sirsak dan pisang sebagai bahan campurannya.

"Kita padukan dengan kopi arabika soalnya ini dari UB forest, petani di Arjuna dan rasanya juga lebih kuat," tambahnya.

Di sisi rasa, Yusril menilai, hasilnya mungkin akan berbeda karena menyesuaikan dengan selera masing-masing. Namun yang paling diminati lebih pada rasa pisang. Perpaduan kopi dan ekstraksi serta fermentasi buah ini terasa lebih segar. 

"Rasa buahnya ada, ada bedanya dengan kopi biasa," jelas Yusril.

Selain empat buah sebelumnya, Yusril juga memadukan ekstraksi baru lainnya antara lain stroberi, alpukat dan blueberry. Berkat inovasi ini, Yusril dan tim belum lama ini berhasil membawa pulang medali emas di  International Invention and Innovative Competition (InIIC) 2019 Malaysia. Tim gabungan Teknik Elektro (TE) dan Agribisnis (Agr) UB ini mampu bersaing dengan lebih dari 100 inovasi lainnya di Hotel Malacca, Malaysia. 

Saat ini, inovasi yang dibuat sejak pertengahan 2018 tersebut telah dikomersilkan di Kedai Kafe, Fakultas Teknik UB. Untuk sementara, Yusril dan tim hanya bisa menyediakan kopi siap seduh. 

"Kalau yang bubuk harus pre-order dahulu tiga hari sebelumnya. Dan harganya Rp 35 ribu per 100 gram bubuk," tambah dia.

Selain itu, Yusril berharap, dapat mengembangkan inovasinya lebih baik lagi ke depannya. Tim harus terus memperbarui setiap rasa dari produk kopi yang dimilikinya. 

Produk juga harus menjadi unggulan di Indonesia. Dalam hal ini menjadi solusi pemenuhan gizi mikro pada masyarakat tanpa menghilangkan budaya yang ada. "Semoga penelitian ini mampu berlanjut dan mampu memberikan kemanfaatan untuk masyarakat khususnya Indonesia,” harap Yusril.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement