REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekitar 8.644 hektare lahan pertanian di Jawa Barat mengalami kekeringan, tepatnya di tiga daerah, yakni Majalengka, Cirebon, dan Kabupaten Indramayu menjadi daerah terparah terdampak kekeringan. "Kabupaten Indramayu menjadi yang paling parah karena terdapat 1.456 hektare yang sudah tidak menerima pasokan air," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat Hendi Jatnika, Rabu (26/6).
Dia mengatakan sekitar 8.644 hektare lahan pertanian di Jawa Barat mengalami kekeringan pada musim kemarau saat ini. Di Kabupaten Majalengka ada 1.266 hektare pertanian terdampak kekeringan dan di Cirebon ada 811 hektare lahan pertanian terdampak kekeringan.
Selain di daerah tadi, menurut dia, kekeringan pun terjadi di hampir seluruh kabupaten/kota dan lahan pertanian padi menjadi yang paling terdampak karena memerlukan pasokan air yang cukup. "Ini sudah tidak ada hujan selama 20 hari terakhir. Potensi sumber air hanya cukup untuk mengairi sawah terdekat," katanya.
Dia mengatakan lahan-lahan yang kekeringan tersebut posisinya cukup jauh dari irigasi karena selain karena minimnya pasokan air, kekeringan di lahan pertanian pun terjadi karena ketidaktahuan petani dalam melakukan penanaman. Seharusnya, menurut dia, usai musim panen terakhir pada Februari-Maret, lahan ditanami palawija karena akan memasuki musim kemarau.
"Memang seharusnya sejak April-Mei kemarin itu jangan ditanami padi, tapi ditanami palawija, karena tidak perlu air yang banyak," katanya.
Kepala Pusdalop Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat Budi Budiman mengatakan hingga saat ini belum ada permukiman warga yang terdampak kekeringan. "Kami belum menemukan adanya warga yang kesulitan air. Di saat kekeringan, kami bertugas menyiapkan air untuk kebutuhan warga. Saat ini belum ada laporan warga kekeringan," kata Budi.