Kamis 20 Jun 2019 17:17 WIB

Ratusan Hektare Sawah Mulai Alami Kekeringan

Ada sekitar 900 hektare sawah di wilayah Banyumas dan Cilacap yang kekeringan.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Andi Nur Aminah
Sawah terdampak kekeringan.
Foto: ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Sawah terdampak kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Upaya Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas menunda pengeringan saluran irigasi, belum sepenuhnya menyelamatkan tanaman petani. Ratusan hektare sawah di Banyumas dan Cilacap, saat ini mulai mengalami kekeringan. Tanah sawah mulai retak-retak, dan daun tanaman padi mulai menguning akibat kekurangan air.     

"Ada sekitar 900 hektare sawah di wilayah Kabupaten Banyumas dan Cilacap, yang saat ini mulai mengalami kekeringan," jelas staf Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LHPT) Banyumas Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah Aries Pratomo, Kamis (20/6).

Baca Juga

Dari lahan seluas itu yang mulai mengalami kekeringan, sekitar 664 hektare berada di wilayah Kabupaten Banyumas. Sedangkan 250 hektare, berada di wilayah Kabupaten Banyumas.

Seluruh lahan sawah yang mengalami kekeringan tersebut, hampir seluruhnya merupakan areal yang tidak terjangkau pasokan air dari saluran irigasi teknis. Kalau pun ada saluran irigasi yang mencapai lahan tersebut, namun sudah tidak ada lagi air yang mengalir. 

Dia menyebutkan, lahan tanaman padi yang kekeringan tersebut belum sampai mengalami puso. Namun bila tetap tidak mendapat pasokan air selama beberapa pekan ke depan, maka tanaman padi akan sulit diselamatkan.

Untuk itu, dia meminta agar petani mempertimbangkan menggunakan pompa air untuk menyedot air sungai dan mengalirkan ke lahan sawah-sawah mereka. "Kalau segera dialiri air, tanaman saya kira masih bisa diselamatkan. Apalagi, kebanyakan tanaman yang mengalami kekeringan, sebenarnya tak lama lagi akan memasuki masa panen," jelasnya.

Aries juga mengatakan, pihaknya akan mengusulkan bantuan untuk para petani berupa mesin pompa air. Sedangkan bagi tanaman padi yang tidak bisa diselamatkan, akan diusulkan agar mendapat penggantian bibit tanaman atau jenis bantuan lain.

Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Kabupaten Banyumas, Widarso, sebelumnya menyatakan bahwa program pengeringan saluran irigasi yang biasa dilakukan pada musim kemarau, pada tahun ini dilakukan penundaan. "Pengelola saluran irigasi, juga sudah menyepakati untuk menunda pengeringan selama 1,5 bulan hingga dua bulan," katanya.

Kebijakan ini, menurutnya, untuk membantu petani untuk menyelamatkan tanaman padinya agar tidak sampai mengalami kekeringan.

Salah satu saluran irigasi yang dilakukan penundaan pengeringan, antara lain saluran air yang bersumber dari Bendung Gerak Serayu (BGS) di Desa Gambarsari Kecamatan Kabasen Kabupaten Banyumas. Air irigasi dari BGS ini, selain dialirkan ke wilayah Cilacap, juga dialirkan ke wilayah Banyumas barat bagian selatan.

Menurutnya, areal persawahan yang mendapat suplai air dari BGS mencapai puluhan ribu hektare. Tidak hanya di wilayah Banyumas, melainkan juga di wilayah Cilacap. "Untuk wilayah Banyumas, areal persawahan yang mendapat oncoran air dari BGS mencapai sekitar 5.000 hektare. Sedangkan di wilayah Cilacap, lebih luas lagi meliputi wilayah lumbung pangan di Kecamatan Kesugihan, Maos dan Sampang," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement