Senin 17 Jun 2019 09:58 WIB

Saatnya Berbagi Ruang dengan Gajah Sumatra

Konflik dengan manusia terjadi di area yang memang menjadi wilayah jelajah gajah.

Seekor gajah Sumatera jantan.
Foto:
mahout memeluk gajah sumatra di Pusat Konservasi Gajah Riau

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau kini berupaya menyelamatkan habitat gajah sumatra yang nyaris habis, salah satunya di Hutan Talang Kabupaten Bengkalis. Hutan Talang yang tersisa adalah Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja. Namun, kondisinya memprihatinkan karena banyak berubah menjadi permukiman, kebun kelapa sawit, bahkan ada perkantoran pemerintahan.

Ancaman perubahan fungsi datang dari Pemkab Bengkalis yang berencana membangun jalan lingkar barat Duri, dengan rutenya bakal membelah Hutan Talang tersisa melintasi area Chevron. "Total Hutan Talang yang tersisa di sana itu tinggal 350 hektare, itu termasuk kawasan konservasi dan hutan yang masuk area PT Chevron," kata Kepala BBKSDA Riau Suharyono.

Ia akan berusaha menolak rencana tersebut karena hamparan Hutan Talang yang tersisa juga menjadi daerah lintasan gajah sumatra binaan BBKSDA di Balai Raja. "Tiga ekor gajah Balai Raja juga kerap melintas di sana sampai ke kompleks Chevron. Kalau nanti dibangun jalan, saya yakin Hutan Talang akan habis karena nanti muncul warung-warung," ujarnya.

Seharusnya, ujarnya, pembangunan jalan lingkar itu melingkari area Hutan Talang yang tersisa, bukan membelahnya. "Kami berencana menjadikan hamparan Hutan Talang pusat konservasi gajah sumatra di Riau," ujarnya.

Penolakan proyek jalan di Hutan Talang juga terus disuarakan oleh aktivis lingkungan Riau. Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Sahabat Talang dua kali menggelar aksi kampanye penyelamatan hutan tersebut pada akhir Mei lalu. Sahabat Talang merupakan kumpulan dari berbagai komunitas di Duri, yaitu HIPAM, RSF, Serdadu Alam, Lalang Adventure, Vespa Besi Tua Duri, PADU, dan GMR.

"Kami tidak menentang pembangunan, tapi kami ingin pemerintahan Bengkalis mencari solusi lain agar hutan satu-satunya habitat gajah Duri itu bisa dipertahankan," kata koordinator kampanye, Bobi.

Para aktivis meminta adanya mediasi dengan Pemerintah Kabupaten Bengkalis sebelum Hutan Talang dibelah menjadi jalan lingkar. Tanpa ada komunikasi kedua pihak, pembangunan akan merugikan kelestarian alam.

Sampai sekarang belum ada catatan proyek pembangunan yang memperhatikan kelangsungan hidup satwa dilindungi, kecuali rencana proyek Jalan Tol Pekanbaru-Dumai. Sebanyak enam perlintasan khusus untuk gajah sumatra akan segera dibangun di proyek Jalan Tol Pekanbaru-Dumai agar keberadaan satwa dilindungi itu bisa tetap bebas berkeliaran di habitatnya dan tidak mengganggu pengguna jalan.

"Ada enam perlintasan gajah. Satu di Sungai Tekuana, dan lima lainnya di Seksi 4 dekat dengan Suaka Margasatwa Balai Raja,â" kata Pimpinan Proyek Pekanbaru-Dumai Seksi 3-4 dari PT Hutama Karya (Persero) Dinny Suryakencana.

Selama proses pembangunan, pekerja di lapangan beberapa kali melihat gajah sumatra liar secara langsung dan jejak-jejaknya di lokasi pembangunan perlintasan gajah. Tol Pekanbaru-Dumai sepanjang 131,48 kilometer bagian dari Tol Trans-Sumatra yang merupakan program strategis nasional pada kepemimpinan pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebenarnya sudah mendesain agar jalan tol dibangun tidak melalui kawasan konservasi, namun ternyata jalan tol tetap melewati daerah jelajah gajah sehingga perlu jalur perlintasan khusus. Ia menjelaskan perlintasan pertama di Sungai Tekuana lokasinya di Seksi 2 dan tidak jauh dari Pusat Latihan Gajah Minas di Kabupaten Siak. Di kawasan itu terdapat sedikitnya 13 gajah sumatra liar.

Sebanyak lima perlintasan lainnya di Seksi 4, masing-masing di STA 61 atau 61 kilometer dari Pekanbaru, STA 69+154, STA 71+992, STA 73, dan STA 74+400. Ukuran terowongan gajah bervariasi, ada yang mempunyai tinggi batas ruang 4,5 hingga 11 meter dan lebar mulai dari 25 hingga 45 meter. Perlintasan gajah ini belum masuk proses konstruksi karena masih finalisasi desain yang melibatkan instansi terkait, seperti BBKSDA Riau.

Jembatan yang dibangun akan sesuai dengan habitat alaminya. Ada beberapa tanaman yang ditanam di terowongan yang dibangun agar gajah merasa tidak terganggu ketika melintas di tempat itu. Gajah-gajah tersebut akan melewati terowongan di bawah jalan tol.

"Ini khusus disiapkan untuk gajah, tidak seperti perlintasan jalan desa yang diperkeras. Ini kita usahakan seperti alaminya tak ganggu kontur alaminya," ujarnya.

Infrastruktur ini tidak hanya dibangun agar ramah untuk penggunanya melainkan juga untuk menghormati dan menjaga kehidupan satwa di sekitarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement