Ahad 16 Jun 2019 19:48 WIB

Adian Ilustrasikan Beratnya Amanah Calon Menteri Jokowi

Adian Napitupulu didukung aktivis 1998 menjadi menteri Jokowi.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andri Saubani
Jokowi Halalbihalal dengan Aktivis 98. Presiden RI Joko Widodo (tengah) saat memakai jaket pemberian dari Aktivis 98 di Jakarta Pusat, Ahad (16/6).
Foto: Republika
Jokowi Halalbihalal dengan Aktivis 98. Presiden RI Joko Widodo (tengah) saat memakai jaket pemberian dari Aktivis 98 di Jakarta Pusat, Ahad (16/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDI Perjuangan, Adian Napitupulu, menanggapi isu namanya yang masuk dalam bursa calon menteri Joko Widodo (Jokowi) dalam pemerintahan selanjutnya. Nama Adian memang kerap diteriakkan pendukungnya saat acara Rembuk Nasional Aktivis 98 yang dihadiri Presiden Jokowi di Hotel Sahid, Ahad (16/6) petang ini.

Menanggapi dijagokannya namanya, Adian menilai pemilihan menteri merupakan hak prerogatif presiden terpilih. Adian mengapresiasi Jokowi yang menyebut bahwa ada peluang bagi aktivis reformasi 1998 untuk duduk di kursi menteri, termasuk juga pejabat di BUMN hingga duta besar. Namun khusus menjadi menteri, Adian merasa dirinya belum mampu mengimbangi ritme kerja Jokowi.

"Enggak kuat, Saya nggak kuat jadi menteri kalau presidennya Jokowi, capeknya ampun bos," kata Adian di sela acara Rembuk Nasional Aktivis 98, Ahad (16/6).

Bahkan Adian memberi perumpamaan, menteri yang bekerja di bawah Jokowi harus memiliki pasokan energi setidaknya separuh dari energi Jokowi. Permisalan yang disampaikannya menggambarkan betapa beratnya amanah yang diemban untuk menjadi menteri Jokowi.

"Kalau saya, saya pasang jantung lima, nggak kuat ngikutin jalannya Jokowi," katanya.

Ia juga menambahkan, di kalangan aktivis 1998 pun sebetulnya banyak yang memiliki kompetensi menjadi menteri muda, pejabat di BUMN, atau duta besar. Ia menyambut baik tawaran yang disampaikan Presiden pejawat.

Sebelumnya dalam acara yang sama, Jokowi memang memberi sinyal untuk mengisi jabatan menteri di kabinetnya nanti dari Kalangan aktivis 1998. Ia melihat bahwa tak sedikit mantan aktivis reformasi yang kini sudah menduduki jabatan penting baik di pemerintahan, parlemen, hingga perusahaan. Namun, lanjutnya, kalangan aktivis 98 belum ada yang mengisi posisi menteri.

"Bisa saja, kenapa tidak dengan kemampuan yang ada. Misalnya tidak hanya di menteri, bisa saja di duta besar. Bisa saja di BUMN tetapi selagi saya selalu melihat bahwa yang bersangkutan memiliki kapasitas dan syarat yang sering saya sampaikan," jelas Presiden Jokowi.

Meski menolak untuk menyebut nama atau inisial kandidat kuat dari kalangan aktivis 98, Jokowi menegaskan posisi menteri harus diisi oleh pemimpin yang memiliki karakter kuat dalam mengeksekusi kebijakan. Jokowi tetap enggan menyebut "nama" meski para hadiri terus meneriakkan nama Adian Napitupulu, politikus PDI Perjuangan yang juga mantan aktivis 98.

"Memang dibutuhkan orang yang memiliki manajerial yang kuat dan baik. Sehingga sekali lagi saya melihat potensi ini banyak dan ada di sore ini. Yang hadir bersama kita. Saya tidak ingin menyebut nama dulu. Namun banyak yang menyebut Adian. Bung Adian. Saya tidak mau sebut nama," kata Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement