REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Gelombang tinggi di laut selatan yang terjadi sejak awal pekan ini, masih menghantui para nelayan di Cilacap. Mereka belum berani melaut untuk mencari ikan, dan memilih untuk menambatkan perahunya di tempat penambatan masing-masing.
''Dalam kondisi air laut seperti sekarang, kami lebih baik tidak mencari ikan. Kondisinya sangat membahayakan bila kami tetap nekad melaut,'' jelas Tondo (37), nelayan Desa Tegalkamulyan Kecamatan Cilacap Selatan, Jumat (14/6).
Dia menyebutkan, gelombang tinggi yang terjadi saat ini, tidak hanya terjadi di laut lepas. Tapi juga terjadi di kawasan pantai. Air laut mengalami pasang dengan deburan ombak yang cukup kuat.
Akibat air pasang dan deburan ombak yang kuat, sejumlah titik tanggul penahan ombak di wilayah pesisir Cilacap mulai terkikis. Meski tak ada perahu nelayan yang dilaporkan rusak, namun para nelayan diminta untuk tetap waspada.
Prakirawan BMKG Pos Pengamatan Cilacap Rendy Krisnawan, menyebutkan gelombang tinggi yang saat ini berlangsung di laut selatan Jawa Tengah/DIY dipengaruhi oleh tiupan angin kencang musim angin timur. ''Jadi bukan dipengaruhi supermoon, atau posisi Bulan terdekat dengan bumi,'' katanya.
Menurutnya, kecepatan angin di Samudera Hindia saat ini mencapai sekitar 25 knot. Angin bertiup dari arah tenggara ke ke barat laut. Angin dengan kecepatan setinggi itu, bisa menyebabkan gelombang laut setinggi 4-6 meter.
Dia memperkirakan, gelombang tinggi ini diperkirakan akan berlangsung hingga 15 Juni 2019. ''Namun bisa saja kondisi gelombang tinggi masih terus berlangsung hingga musim angin timur, sehingga peringatan dini yang dikeluarkan BMKG bisa diperpanjang,'' katanya.