Kamis 13 Jun 2019 12:47 WIB

Sengketa Pilpres, Ketua KPU Akui Banyak Dapat Ancaman

Ancaman itu banyak disampaikan lewat pesan singkat

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Esthi Maharani
Ketua KPU Arief Budiman bersama sejumlah Komisioner KPU saat akan menyerahkan alat bukti KPU dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pemilihan Presiden 2019, di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Rabu (12/6).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua KPU Arief Budiman bersama sejumlah Komisioner KPU saat akan menyerahkan alat bukti KPU dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pemilihan Presiden 2019, di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Rabu (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Arief Budiman, mengatakan banyak menerima ancaman terkait penanganan perselisihan hasil pemilu (PHPU). Ancaman itu banyak disampaikan lewat pesan singkat (SMS).

"Iya ada (ancaman). Tetapi saya rasa itu hal yang biasa sebab ada orang yang kecewa, marah. Kan tinggal bagaimana kita merespon itu. Apakah kita baca saja sambil tersenyum atau kita baca sambil marah-marah lalu balas komentarnya itu kan tergantung kita sendiri. Kalau saya kan menghadapi yang seperti itu biasa saja," ujar Arief ketika dihubungi wartawan, Kamis (13/6).

Bentuk ancaman itu, kata dia, dikirim dalam bentuk SMS.  Selain itu,  ada pula ancaman di media sosial (medsos). Meski begitu, lanjut Arief,  ancaman sejenis juga dirasakannya saat menangani Pemilu 2014 lalu.  Menurut dia, kualitas ancaman dan tekanan pada 2014 dan saat ini sama. 

"Tapi kalo sekarang kan lebih massif di medsos  Jadi tiap hari ya bukan hanya ratusan, tapi mungkin bisa ribuan yang keberatan, mencaci maki, mengolok-olok, sekalipun ada juga yang mem-back up, banyak yang menyanjung, berterima kasih," tuturnya.

Ia menganggap ancaman itu sebagai bahan koreksi diri.  Sementara itu,  ungkapan sanjungan sebaiknya tidak membuat lupa diri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement