Selasa 11 Jun 2019 17:56 WIB

Harga Setabung Elpiji Melon Tembus Rp 30 Ribu di Lampung

Elpiji melon juga sulit ditemukan di pangkalan dan eceran di Lampung.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nur Aini
Tabung gas Elpiji ukuran tiga kilogram (ilustrasi).
Foto: sikat.or.id
Tabung gas Elpiji ukuran tiga kilogram (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG –- Pasca-Lebaran Idul Fitri, harga elpiji tabung 3 kg atau biasa disebut gas melon tembus Rp 30 ribu per tabung. Tak hanya mahal, warga masih sulit menemukan elpiji melon di pangkalan dan tingkat eceran. Dampaknya sebagian pedagang kecil tak menggelar dagangan setelah hari raya.

Kelangkaan elpiji melon sudah dirasakan warga di kawasan Hanura, Kabupaten Pesawaran, beberapa hari menjelang hari raya Idul Fitri. Namun, warga masih mendapatkan elpiji melon di tingkat eceran, meski harus memesan terlebih dahulu. Keresahan warga untuk mendapatkan gas melon juga terjadi di beberapa wilayah di Kota Bandar Lampung.

Baca Juga

Dalam kondisi normal, harga elpiji untuk rakyat miskin tersebut Rp 16.500 hingga Rp 17 ribu per tabung di pangkalan, namun dijual tingkat eceran mencapai Rp 20 ribu sampai Rp 21 ribu per tabung. Menjelang dan sesudah Lebaran, harga elpiji di pasaran menjadi Rp 30 ribu per tabung.

Menurut Rudi Djunaedi (50 tahun), warga Desa Hanura, Pesawaran, ia sudah berkeliling mencari gas melon di tingkat eceran, namun selalu kosong. Tak menemukan gas, ia terpaksa menghentikan dagangannya setelah Lebaran Idul Fitri.

“Aku sudah keliling ke mana-mana, stok gas kosong semua. Jadi, terpaksa kami tidak berdagang sesudah Lebaran. Padahal, sudah hari kelima dari Lebaran masih kosong juga,” kata Rudi, pedagang gorengan di Lapangan Hanura, Pesawaran, Selasa (11/6).

Beberapa warga terpaksa merambah kawasan di luar pemukimannya untuk mendapatkan gas melon. Meski masih menyediakan sedikit stok, namun harga gas melon sudah tidak wajar. “Masih ada warung yang jual. Tapi, harganya sudah Rp 30 ribu,” kata Sri, ibu rumah tangga warga di Lempasing, Bandar Lampung.

Kelangkaan elpiji di kawasan Hanura, Lempasing, Kota Karang, dan Padang Cermin, masih terjadi hingga Selasa (11/6). Agar asap dapur warga tetap mengepul, warga terpaksa mencari gas melon hingga keluar kampungnya, meski dengan membeli harga mahal.

Tak hanya di Pesawaran, warga di seputaran Telukbetung, Kota Bandar Lampung juga merasakan sulitnya mendapatkan gas melon pasca-Lebaran. Menurut Tati, warga Telukbetung Selatan, ia terpaksa membeli di luar pemukimannya dengan harga Rp 25 ribu per tabung, karena terpaksa untuk memasak.

Tati, ibu tiga anak tersebut, mengeluhkan sulitnya mendapatkan gas melon setelah Lebaran. Padahal, ujar dia, Lebaran sudah berlalu lima hari, namun stok gas melon di tingkat pangkalan dan eceran tidak ada atau habis. “Hampir semua pangkalan dan warung memasang tanda “Gas Habis” atau “Gas Kosong”,” ujarnya.

Di kawasan Kemiling, Kota Bandar Lampung juga sebagian pangkalan resmi Pertamina telah memasang pengumuman “Gas Habis”. Warga terpaksa membeli gas melon ke tempat lain. Sedangkan, stok gas melon di warung-warung atau pengecer juga tidak tersedia lagi.

“Sudah lama tidak masuk lagi order setelah Lebaran. Kami juga tidak tahu,” tutur Joko, pangkalan elpiji resmi Pertamina di Kemiling. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement