REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sebanyak 10 tenda kemah berdiri di pinggiran jalan raya Tanjakan Gombel, Ngesrep, Semarang. Tidak jauh dari situ, terdapat peralatan masak di bawah tenda yang dibangun sederhana menggunakan terpal. Di sisi depannya, tertuliskan ‘Dapur Umum’.
Sementara itu, di sampingnya terpal berukuran sekitar tiga meter persegi digelar. Di atasnya, juga dipasang terpal, meminimalkan teriknya sinar matahari Semarang. Pepohonan dan ilalang di belakangnya cukup membuat angin sepoi terkadang menghampiri.
Dulunya, area tersebut hanyalah hamparan tanah kosong. Kini, sekumpulan komunitas asal Semarang berhasil mengubahnya menjadi posko mudik yang beroperasi pada Kamis (30/5) hingga Selasa (4/6) malam. Tidak seperti posko kebanyakan, tempat istirahat ini menghadirkan suasana layaknya camping ground atau area kemah.
Salah satu inisiator posko mudik, Mbah Rimba, menuturkan, posko mudik lintas komunitas tersebut sudah rutin digelar sejak 2016. Tujuannya, membantu para pemudik untuk dapat istirahat. "Mereka bisa tidur, mandi, sholat sampai periksa kesehatan diri ataupun kendaraan," ujarnya saat ditemui Republika.co.id, Selasa siang.
Mbah, sapaan akrabnya, menjelaskan, posko mudik tersebut diinisiasi oleh tiga komunitas Semarang. Yakni, komunitas Resopala, Rayap Semar dan Indonesia Offroad Federation (IOF). Seiring berjalannya waktu, semakin banyak komunitas yang memberikan dukungan terhadap posko mudik.
Setiap komunitas memberikan dukungannya dalam bentuk berbeda. Komunitas otomotif memberikan pelayanan memperbaiki kendaraan dengan skala sederhana, sementara Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) meminjamkan radio untuk membantu petugas posko memantau kondisi lalu lintas di sekitar posko.
Selain itu, anggota komunitas juga kerap mengumpulkan dana secara ikhlas demi kelancaran operasional di posko mudik.Tidak hanya dalam bentuk materi, dukungan juga terus mengalir berupa makanan cemilan hingga makanan berat untuk sahur maupun berbuka puasa.
Mbah menuturkan, posko mudik camping ground ini tidak sekadar menjadi tempat istirahat bagi para pemudik. Lebih dari itu, para komunitas ingin memberikan contoh di wilayah lain bahwa lintas komunitas Semarang dapat membuat kegiatan bermanfaat.
"Di mana, semuanya dapat berperan," ucapnya.
Mbah memastikan, posko mudik yang berdiri di samping Hotel Alam Indah tersebut sudah memiliki izin resmi. Komunitas telah mendapatkan dukungan dari pihak berwenang, termasuk kepolisian dan koramil setempat.
Selain memberikan tempat istirahat dan makanan, lintas komunitas Semarang yang bertugas di posko mudik juga rutin memantau kondisi lalu lintas di sekitar Tanjakan Gombel. Sebab, daerah tersebut dikenal sebagai wilayah rawan kecelakaan mengingat kondisinya yang menanjak dan padat kendaraan.
Kondisi itu juga yang membuat komunitas memilih Tanjakan Gombel sebagai titik pendirian posko mudik. Dari tahun ke tahun, kerap terjadi kecelakaan motor ataupun mobil. Beberapa kendaraan juga sering mengalami kehabisan bensin di tengah perjalanannya.
Mbah menuturkan, posko mudik lintas komunitas Semarang mencoba membantu menjadi solusi dalam permasalahan tersebut. Mereka akan membantu kendaraan yang bermasalah saat menempuh perjalanan di sekitar Tanjakan Gombel. "Kalau rusak, kami coba atasi. Tapi, kalau sudah skala berat, kami bantu hubungi bengkel terdekat," ujarnya.
Di posko tersebut, komunitas juga menyediakan bensin sekitar 600 mililiter. Takaran tersebut diharapkan mampu ‘mendorong’ mesin kendaraan untuk mencapai pom bensin yang berada tidak jauh dari posko mudik.
Setiap harinya, posko mudik ini bisa mendapat kunjungan 25 hingga 30 pemudik. Jumlah pengunjung terbanyak adalah 50 orang yang terjadi pada empat hari jelang Lebaran atau pada Sabtu (1/6).