Selasa 28 May 2019 22:10 WIB

Rusuh 22 Mei, GP Ansor Dukung Polri Tegakkan Hukum

Rusuh 22 Mei, GP Ansor minta Polri ungkap aktor intelektualnya.

Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas ketika mengunjungi Kantor Republika, Jakarta, Jumat (7/9).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas ketika mengunjungi Kantor Republika, Jakarta, Jumat (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas mendukung upaya penyelesaian secara hukum para perusuh yang melakukan tindakan anarkis pada unjukrasa tanggal 21-22 Mei lalu di Jakarta. GP Ansor juga mendukung langkah Polri untuk mengungkap aktor di balik kerusuhan 22 Mei.

”GP Ansor mendukung upaya Polri menindak tegas para perusuh, mencari dalang kerusuhan dan membawa mereka ke muka hukum. Upaya para perusuh jelas-jelas telah merusak dan mengancam bangunan demokrasi yang kita bangun,’’ tegas Yaqut, Selasa (28/5).

GP Ansor, kata Yaqut, menyesalkan adanya korban yang ditimbulkan akibat peristiwa tersebut. Selain itu juga memberikan dukungan kepada Polri dan lembaga yang berwenang untuk menuntaskan rusuh massa dan dampak yang ditimbulkan. 

”Kita berduka cita mendalam atas jatuhnya korban jiwa dan kerusakan atau kehilangan harta benda dalam kerusuhan itu. Kepada para perusuh dan aktor intelektual, mari sudahi cara berpikir picik agar tidak timbul korban selanjutnya,” ujar Gus Yaqut, sapaan akrabnya.

Gus Yaqut juga menilai Polri dan TNI telah bertindak profesional dalam penanganan aksi massa pada 21-22 Mei lalu. ”Adanya bukti awal penyelundupan senjata dari daerah ke Jakarta menjadi ancaman yang serius, namun Polri dan TNI bersikap profesional sehingga peristiwa itu tidak semakin membesar. Dengan sikap yang cepat dan tanggap, Polri juga menangkap mereka yang hendak melakukan ancaman pembunuhan terhadap para tokoh bangsa,” ujarnya.

Menurut Gus Yaqut, tindakan ancaman pembunuhan bagi para tokoh bangsa menjadi catatan serius bagi demokrasi Indonesia. Dia mengatakan, 21 tahun setelah reformasi demokrasi Indonesia memperoleh catatan yang positif, yakni pemilu sudah berjalan secara baik.

”Bahwa ada catatan dan evaluasi itu adalah keharusan, sampaikan aspirasi melalui jalur hukum itu kewajiban. Tetapi melawan pemerintah dengan ancaman pembunuhan para tokoh bangsa adalah tindakan makar (bughot). Pada posisi ini Ansor berdiri pada garis yang tegas yakni melawan upaya upaya makar,’’ tandas Gus Yaqut.

GP Ansor juga mengimbau kepada elite politik untuk berhenti menghembuskan isu negatif tentang pelaksanaan pemilu yang baru saja usai. Kembali membangun komunikasi untuk meredakan ketegangan di level elit mutlak diperlukan.

”Di bulan baik, bulan Ramadan ini sepatutnya ajakan komunikasi itu harus disambut dengan baik, sehingga ketegangan di elit bisa mencairkan suasana di akar rumput.” ujarnya.

Terlebih tindakan para perusuh sudah kehilangan momentum dengan respons masyarakat sipil yang memberikan dukungan moril kepada Polri. ”Kita bisa melihat banyak warga sipil termasuk anak-anak yang tidak rela negeri ini carut marut. Dengan berbesar hati mereka memberikan bingkisan dan bunga sebagai tanda simpati kepada aparat. Sepatutnya kita mencontoh tindakan terpuji mereka. Ini memperlihatkan para perusuh dan dalang kerusuhan sudah kehilangan momentum,” kata Gus Yaqut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement