REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian mengungkapkan, pendana para tersangka yang merencanakan pembunuhan empat tokoh nasional berasal dari kaum elite. Pendana tersebut memberikan uang kepada para tersangka melalui aktor intelektual.
"Iya pendananya (dari kalangan papan atas) ya. Pendananya kasih ke aktor intelektual, aktor intelektual ngasih kan ke I (Iwan alias HK) sebagai koordinator lapangan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di Kemenko Polhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (28/5).
Dedi belum mau menyebutkan siapa pendana tersebut. Menurutnya, hal itu akan diungkapkan setelah proses pemeriksaan lebih lanjut selesai. Ia menjelaskan, pendana ini memberikan uang kepada aktor intelektual untuk kemudian diberikan kepada HK untuk dibelikan senjata.
"Koordinator lapangan dia mencari senjata, mencari eksekutor, dia memapping di mana tempat eksekusinya. Itu semua," jelas dia.
Mabes Polri mengungkapkan, uang Rp 150 juta yang diberikan kepada tersangka yang hendak mengeksekusi empat tokoh nasional adalah uang untuk membeli senjata. Uang tersebut diberikan dalam pecahan dollar Singapura. "150 (juta) itu buat beli senjata," jelas Dedi.
Menurut Dedi, uang tersebut diberikan bukan sebagai honor untuk melakukan pembunuhan terhadap empat tokoh nasional dan satu pemimpin lembaga survei. Ia mengatakan, uang senilai Rp 150 juta itu diberikan dalam pecahan uang dollar Singapupra.
"Cash, langsung dikasih cash. kemudian dicairkan di money changer Rp 150 juta langsung dia pakai untuk itu," ungkap Dedi.
Ia mengungkapkan, selain honor uang untuk beraksi, para tersangka juga dijanjikan jaminan terhadap hidup anggota keluarganya. Itu akan diberikan jika mereka berhasil mengeksekusi salah satu dari kelima target yang telah ditetapkan.