REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat perbelanjaan Tanah Abang kembali bergeliat pascakerusuhan pada Selasa dan Rabu (22/5) lalu. Pada Ahad (26/5) ini, kawasan Pasar Tanah Abang kembali menjadi jati dirinya, dipadati kendaraan dan masyarakat yang akan berbelanja.
Terlebih lagi di momen Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri, Pasar Tanah Abang menjadi lebih ramai. Masyarakat berbondong-bondong dari segala penjuru, ada yang datang menaiki kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek, bus Transjakarta, angkutan perkotaan (angkot), hingga bus antarkota.
Salah satunya warga Bekasi, Sylvi (27), yang sudah tiba di Stasiun Tanah Abang sekitar pukul 07.00 WIB. Hal itu ia lakukan demi terbebas dari kepadatan pengunjung di pasar se-Asia Tenggara tersebut.
"Sengaja biar jam segini sudah beres belanja. Tadi saja di dalam sudah padat banget. Makin siang tambah ramai," ujar Sylvi saat ditemui Republika.co.id di halaman Stasiun Tanah Abang, sekitar pukul 10.00 WIB.
Saat itu, ia tengah duduk sambil beristirahat setelah berjubel di dalam pasar hanya untuk keluar. Menurutnya, keadaan di dalam Pasar Tanah Abang hingga luar pasar sangat ramai.
Sylvi mengaku kesulitan berjalan karena berdesak-desakkan dengan para pembeli lainnya. Kendati demikian, ia tetap antusias berbelanja pakaian dan mukena untuk Lebaran nanti.
Bahkan, sekitar empat kantong belanjanya yang besar-besar sampai penuh. Selain untuk dipakai sendiri, baju-baju itu memang dibeli untuk dijual kembali.
Berdasarkan pantauan Republika, kepadatan kawasan Pasar Tanah Abang sudah terjadi di pintu lama stasiun. Banyak pedagang kaki lima (PKL) menjajakan barang dagangannya di sepanjang trotoar samping Stasiun Tanah Abang dan Jalan Jatibaru.
Kepadatan juga terjadi di Jembatan Penyebrangan Multiguna (JPM) atau skybridge. Bahkan, akses menuju ke sana dari jembatan penghubung dipadati masyarakat yang juga akan keluar.
Sementara itu, Haer (29), pemilik toko pakaian di seberang stasiun mengatakan, sudah berjualan kembali mulai Jumat (24/5). Tutup kembali menjelang shalat Jumat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Kemudian, ia dan para pedagang lainnya mulai membuka tokonya pada Sabtu (25/5). Akan tetapi, saat itu pengunjung belum ramai seperti Ahad ini.
Ia menceritakan, pada Selasa lalu kondisi di Pasar Tanah Abang sebelum adanya kerusuhan, baik-baik saja dan berlangsung seperti biasanya. Tak ada tanda-tanda akan ada bentrokan.
"Selasa masih jualan, kayak biasa. Itu kan kejadiannya malam ya, tuh dekat sini," kata Haer.
Hingga pada malam harinya, ia mendengar kabar terjadi kerusuhan di Tanah Abang. Untuk itu, ia pun tak bisa berjualan keesokan harinya menunggu pengumuman bahwa kondisi telah aman.
Ia menyebutkan, omzet setiap harinya bisa mencapai jutaan rupiah per hari. Oleh karenanya, sehari saja tak membuka toko, ia kehilangan potensi pemasukan sebesar Rp 3 juta sampai Rp 5 juta. Bahkan bisa lebih di bulan puasa seperti ini.
"Rugi ya, enggak dapat pemasukan, bisa Rp 3 juta sampai Rp 5 juta-an sehari. Ini baru ramai lagi," lanjut Haer.