Jumat 24 May 2019 08:44 WIB

Mohamed Salah dan Islamofobia

Salah tak segan selebrasi sujud syukur di depan banyak orang di negara non-Muslim.

Mohamed Salah
Foto: EPA-EFE/Peter Powell
Mohamed Salah

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Anggoro Pramudya

Kedatangan Mohamed Salah ke Anfield pada awal musim 2017/2018 langsung mencuri perhatian para suporter Liverpool. Bahkan, nama Salah menggaung terus di kawasan Merseyside tersebut.

Puncak fenomena Salah bersama Liverpool terjadi ketika para fan menyerukan nyanyian lagu khusus untuk Salah dengan lirik "Mo Sa-la-la-la-lah/ Mo Sa-la-la-la-lah," bunyi chant para pendukung Liverpool.

Bahkan, nyanyian ingin menjadi seorang Muslim ada dalam senandung tersebut. Meski bisa dikatakan bukan hal sesuatu yang serius, menjadi menarik dalam konteks pandangan masyarakat Inggris terhadap orang-orang Muslim.

Islamofobia di belahan dunia Barat memang sedang menjadi gejala umum, termasuk di Inggris. Korbannya pun bukan hanya umat Muslim, tetapi juga mereka yang memiliki ciri-ciri fisik ataupun pakaian yang sering diasosiasikan dengan orang Muslim, seperti warna kulit dan janggut.

Sikap Islamofobia ini merupakan reaksi atas sejumlah serangan teroris yang menimpa Inggris dalam beberapa waktu lalu, yaitu di London pada Juni 2017, pengeboman saat konser musik di Manchester pada Mei 2017. Bahkan, media ternama Aljazirah melaporkan, akibat insiden tersebut, kebencian dan anti-Muslim di Inggris semakin menjamur dan mengakar begitu kuat.

"Selama lebih dari dua dekade, kesadaran Islamofobia semakin meningkat, apakah itu dalam hal diskriminasi terhadap Muslim atau dalam hal wacana kebijakan publik," tulis laporan Aljazirah, Kamis (23/5).

Masih pada sumber yang sama, Muslim di Inggris sangat baik untuk terus-menerus melakukan perlawanan dengan Islamofobia. Meski begitu, mereka tahu memerangi Islamofobia ataupun rasialisme membutuhkan semangat dan tekad yang besar. Adapun, apa yang dilakukan Salah bersama Liverpool tanpa sadar menjadikan contoh bagaimana menampilkan wajah lain Islam yang selama ini sering dianggap radikal oleh masyarakat Inggris.

Keimanan dan penampilannya di hadapan publik juga telah membuatnya tak hanya menjadi publik figur biasa, tetapi juga sesosok figur yang memiliki makna sosial dan budaya yang cukup besar. Seperti yang dijelaskan di atas, keimanan Salah sebagai sosok pesepak bola profesional pun juga diwujudkan di luar lapangan. Kehidupannya di luar lapangan hijau patut mendapat sorotan dan apresiasi lebih dari para penggemar si kulit bundar.

Secara rutin Salah kerap ikut dalam kegiatan amal untuk menyalurkan sumbangan ke kampung halamannya di wilayah Nagrig, Mesir. Tentunya, para fan Liverpool maupun kesebelasan lain di kompetisi Liga Primer Inggris dan Eropa dapat belajar dari sikap serta kehidupan pesepak bola berambut ikal tersebut.

Sementara, umat Islam tak perlu takut menunjukkan keimanan di hadapan publik, selagi kita memiliki andil positif bagi lingkungan sekitar. Penyerang sayap berusia 26 tahun tak segan melakukan selebrasi sujud syukur di depan banyak orang di negara non-Muslim yang sedang diterpa Islamofobia hanya untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada Tuhan atas pencapaiannya. (ed:citra listya rini)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement