REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama Ramadhan umat Islam diminta bijak menjaga perkataan, begitu juga terkait urusan politik. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KH Maruf Amin, Arsul Sani berharap masyarakat dan para politisi tidak asal melempar statement yang justru mengurangi nilai puasa selama bulan Ramadhan.
"Ajaran Nabi tegas menyatakan 'berkatalah yang baik atau lebih baik diam'. Karena itu perkataan atau statement di ruang publik atau medsos yg didalamnya mengandung fitnah, ujaran kebencian, termasuk hoax seyogianya dihentikan," imbuh Arsul kepada wartawan, Senin (5/5).
Politikus PPP ini menilai ada hikmah ketika Ramadhan tahun ini jatuh setelah pelaksanaan pemilu 2019. Sebab selama jelang, hingga penyelenggaraan pemilu masyarakat tidak habis-habisnya mendengarkan hujatan dan fitnah politik. Bahkan pascapemilu statement-statement politik yang semakin memanaskan hubungan sosial semakin menjadi-jadi.
"Karena itu bulan Ramadhan pascapilpres ini adalah momen yang paling pas untuk menghentikannya," tegas Arsul.
Imbauan ini ia tujukan kepada seluruh masyarakat, termasuk kepada tokoh-tokoh agama serta politik di kubu manapun ia berada. Biarkan masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam beristirahat dari ujaran kebencian dan fitnah, demi menjaga kekhusyukan ibadah selama Ramadhan.
"Untuk itu para tokoh, lebih-lebih ulama dan tokoh Islam yang belum bisa move on dari persoalan pemilu baik pilpres atau pileg, perlu memberikan contoh nyata," ujarnya.
Contoh nyata yang ia maksud adalah mengerem atau tidak melontarkan statement-statement politik, yang berisi kebencian, hujatan, provokasi bahkan hingga tuduhan hoax serta fitnah. Arsul mengajak marilah momen Ramadhan hingga Idul Fitri nanti diisi dengan suasana rekonsiliasi, berbagi maaf dan silaturahim.