Kamis 02 May 2019 15:37 WIB

LSI Denny JA Sebut 5 Alasan Kemenangan Jokowi-Maruf

Mulai dari kinerja, program, loyalitas pemilih, partisipasi tinggi, dan kepribadian.

Peneliti LSI Denny JA, Adrian Sopa.
Foto: Republika/ Wihdan
Peneliti LSI Denny JA, Adrian Sopa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti LSI Denny JA, Adrian Sopa, mengatakan ada lima alasan utama terkait kemenangan pasangan Jokowi-Marufpada Pemilu Presiden (Pilpres) 2019. Pertama, mayoritas publik puas atas kinerja Jokowi sebagai Presiden.

"Tingkat approval rating Jokowi mencapai 69,5 persen berdasarkan exit poll 17 April 2019. Mereka yang menyatakan tidak puas hanya 25,6 persen, sementara 4,9 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab," kata Ardian Sopa dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/5).

Baca Juga

Dia mengatakan, dengan angka itu, artinya kurang lebih 7 dari 10 pemilih yang datang ke TPS menyatakan puas dengan kinerja Jokowi sebagai Presiden.

Kedua, menurut dia, Jokowi memiliki sejumlah program populis yang diketahui luas dan disukai. "Sejumlah program Jokowi yang dikenal luas dan disukai antara lain Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Keluarga Harapan (PKH), pembangunan infrastruktur, dana desa, dan beras sejahtera (rastra). Program-program ini dikenal rata-rata di atas 70 persen, dan rata-rata di atas 60 persen disukai," ujarnya,

Alasan ketiga, menurut Ardian, Jokowi-M'aruf memiliki tiga basis pemilih utama dan loyal, yaitu pemilih minoritas (83,1 persen), pemilih wong cilik (56,4 persen), dan pemilih NU (53,8 persen). Dia menilai keunggulan Jokowi-Maruf di tiga segmen pemilih tersebut sangat penting karena menjadi kunci kemenangan di Pilpres 2019.

Alasan keempat, menurut dia, golput yang proporsional dari pendukung kedua kandidat. Hitung cepat LSI Denny JA menunjukkan bahwa angka partisipasi pemilih mencapai 80,76 persen, artinya mereka yang tidak menggunakan hak pilih atau golput sebesar 19,24 persen.

"Keunggulan Jokowi-Maruf yang tidak jauh berbeda dengan survei pra pemilu menunjukkan bahwa golput pendukung kedua kandidat dimungkinkan terjadi secara proporsional," ujarnya.

Menurut dia, tidak ada pendukung tertentu yang golputnya berbeda signifikan dibanding pendukung lainnya. "Sehingga tidak terjadi perubahan signifikan hasil pemilu jika dibandingkan dengan survei pra pemilu," katanya.

Alasan kelima, Ardian menjelaskan, kepribadian Jokowi lebih disukai dibandingkan Prabowo. Dalam hampir semua aspek kepribadian, okowi dinilai publik lebih unggul dibanding Prabowo.

Kepribadian tersebut, menurut dia, di antaranya Jokowi dinilai lebih jujur, pintar, nasionalis, dan perhatian terhadap rakyat.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement