Senin 29 Apr 2019 15:48 WIB

Membaca PAN dan Bara Hasibuan

Bara memberikan pandangan politik yang dinilai internal PAN menyalahi kesepakatan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Elba Damhuri
Logo Partai Amanat Nasional (PAN)
Foto:

Meskipun tidak tegas, Bara menilai masih ada peluang merapatnya PAN untuk mendukung Jokowi setelah Pemilu 2019 tuntas. "Yang jelas kita akan melihat posisi kita lagi ya. Pemilihan presiden sudah selesai, ya jadi kita lihat nanti ke depannya bagaimana. Mereka bertemu dulu dan itu menunjukkan sikap kenegarawanan. Ke depannya bagaimana apakah akan ada repositioning, nanti kita lihat," ujar Bara.

Namun hal ini langsung dibantah oleh sejumlah pengurus DPP. Bahkan, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sendiri menegaskan kehadirannya ke Istana saat itu sebagai pejabat negara, bukan sebagai ketua partai. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu mengatakan, kedatangannya dalam rangka pelantikan Gubernur Maluku Murad Ismail dan Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno.

"Saya hadir di Istana sebagai Ketua MPR dalam pelantikan Gubernur Maluku. Sama seperti pelantikan gubernur-gubernur lainnya. Apalagi, Murad Ismail adalah sahabat dan PAN mengusungnya di Pilkada Maluku lalu," tulis Zulkifli dalam akun Twitter pribadinya, Jumat (26/4).

Respons Bara Hasibuan

Bara Hasibuan menegaskan apa yang dilakukannya adalah benar demi kekokohan PAN itu sendiri. "Saya merasa apa yang saya lakukan selama ini benar karena itu adalah demi akal sehat, demi wisdom kebajikan, demi kepatutan, demi kewajaran yang harus betul-betul kita kokohkan di dalam PAN, saya juga melakukan itu semua untuk memperkuat soul jiwa dari partai ini," kata Bara di Jakarta, Senin (29/4).

Sebagai salah satu tokoh yang ikut mendirikan PAN, Bara mengaku memahami betul pondasi awal partai berlambang matahari tersebut didirikan. Ia justru meminta kepada semua pihak yang mendesak agar ia dipecat untuk belajar lagi tentang sejarah didirikannya PAN.

"Mereka harus memahami kenapa partai ini didirikan, mengerti betul ada perspektif historis yang utuh baru mereka bisa minta saya untuk dipecat. Selama mereka belum memahami partai ini secara utuh, saya minta mereka belajar dulu sejarah," ujarnya.

Terkait petisi itu, sampai saat ini Bara mengaku belum dipanggil oleh dewan kehormatan PAN. Bara mengaku baru mengetahui desakan tersebut dari salinan petisi yang ia lihat. "Surat (pemanggilan) pun belum ada sama sekali itu hanya petisi yang beredar yang saya liat copy-nya," kata Bara.

(ed: agus raharjo)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement