REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Utara terus berbenah pascagempa pada tahun lalu. Salah dua yang dilakukan dengan mendorong terbentuknya asosiasi gabungan aplikator Risha Indonesia (G-Risha), membangun kampung tangguh bencana berbasis rumah tahan gempa (RTG) rumah instan sederhana sehat (Risha), dan penetapan zonasi di Lombok Utara.
"Percepatan pembangunan rumah warga terdampak gempa menjadi agenda utama dalam rehabilitasi dan rekonstruksi di kawasan terdampak bencana," ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Lombok Utara Suardi di Dusun Karang Bedil, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, Sabtu (27/4) kemarin.
Suardi menyampaikan Lombok Utara merupakan dengan dampak terparah akibat gempa, terutama dari segi kerusakan rumah penduduk. Kata dia, Pemkab Lombok Utara mencari aplikator yang tetap bisa berkordinasi dengan BPBD.
"Harapan kami, rumah yang dibangun melalui kesepakatan dengan warga sehingga tidak ada masalah kemudian hari serta mudah mengurus prosedurnya," kata Suardi.
Ketua asosiasi G-Risha Syarifuddin mengatakan masih banyak kondisi rumah rusak yang harus diselesaikan. Menurut dia, hal itu memerlukan proses distribusi yang lebih cepat dengan cara menentukan zonasi-zonasi kawasan sehingga masyarakat bisa menempati rumahnya saat bulan suci Ramadhan atau lebaran.
"Sampai hari ini, kami punya stok hampir 2.800 unit, dengan prioritas tiga bulan mendatang sebanyak 1.000 unit RTG Risha. Kalau ini kita bisa sepakati, maka lebaran besok, warga bisa menempati rumahnya," ucap Syarifuddin.
Ia menilai ada tiga kunci percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi, yakni pada tataran kebijakan, saat pelaksanaan, dan sistem gotong royong.