REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sebanyak 24 delegasi dari sepuluh negara Asia dan Afrika belajar mengenai praktek Keluarga Berencana (KB) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo, Jumat (26/4). Kegiatan bertajuk Training on Strategic Partnership with Muslim Religious Leaders in Family Planning at PKU Muhammadiyah Hospital tersebut diselenggarakan atas kerja sama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Sekretariat Negara, United Nations Population Fund (UNFPA) dan RS PKU Muhammadiyah Solo.
Delegasi tersebut berasal dari negara Bangladesh, Filipina, Mali, Mesir, Nepal, Niger, Pakistan, Srilanka, Sudan, dan Indonesia. Di RS PKU Muhammadiyah Solo, para peserta melakukan kunjungan dan observasi tentang fasilitas rumah sakit, pelayanan KB termasuk tindakan Metode Operasi Wanita (MOW), dan presentasi program KB di RS PKU Muhammadiyah Solo.
Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Penunjang Medis RS PKU Muhammadiyah Solo, Arief Budiman, mengatakan kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara yang diselenggarakan BKKBN bekerja sama dengan Kementerian Sekretariat Negara dan kali ini melibatkan 10 negara termasuk Indonesia. Rangkaian acara tersebut sudah dilaksanakan dalam sepekan ini.
Kegiatan tersebut merupakan agenda rutin BKKNBN bekerja sama dengan Setneg RI. Tahun ini merupakan yang keenam kalinya dengan lokasi di Solo.
Dalam rangkaian kegiatan tersebut, para peserta mengunjungi Kantor Urusan Agama (KUA) terkait dengan konseling terhadap para calon akseptor KB. Kemudian, ada kunjungan ke SMA Batik Solo dan Pondok Pesantren Almuayyad Solo. Kunjungan ke SMA terkait usia reproduksi yang rentan terhadap pernikahan dini. Sedangkan kunjungan ke pesantren dilibatkan karena ada tokoh-tokoh seperti kiai yang fatwa atau keputusannya juga akan sangat mempengaruhi terhadap pelaksanaan KB.
Kemudian, RS PKU menjadi salah satu best practisenya, para peserta ini akan melihat pelayanan KB di RS PKU dengan semua metode-metode yang dilaksanakan disini. "RS PKU memberikan kesempatan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan MOW," terangnya kepada Republika.co.id di sela-sela acara presentasi program KB di Aula Baitul Hikmah RS PKU Muhammadiyah Solo.
Dokter spesialis bedah tersebut menyatakan, hari ini ada tiga peserta akseptor KB yang melaksanakan MOW. Tiga peserta akseptor KB tersebut disiapkan BKKBN Solo. Kemudian, ada satu peserta MOW dilakukan live demo. Nantinya, ada empat delegasi yang langsung menyaksikan pelaksanaan operasi di kamar operasi. Sedangkan peserta lain yang tidak bisa ke ruang operasi bisa menyaksikan dari rekaman video langsung.
"Maksud acara ini dari negara-negara selatan itu ingin melihat bagaimana pelaksaan KB di Indonesia karena KB di Idnoensia dinilai berjalan dg baik. Sehingga menjadi pilot project," imbuhnya.
Para delegasi yang dikirim tersebut kebanyakan para pemuka agama. Nantinya apa yang mereka pelajari di Solo akan menjadi satu bahan pertimbangan atau masukan untuk ditindaklanjuti di negara masing-masing. Kebetulan RS PKU Solo termasuk kategori rumah sakit Islam yang harus memperhatikan sisi-sisi keputusan majlis tarjih dalam hal pelaksanaan KB. Sebab, ada hal-hal yang menurut hukum agama masih belum disetujui yakni metode operasi pria. Yang dibolehkan MOW dan harus dengan indikasi medis.
"Negara-negara selatan ini masih banyak kendala, masih kesulitan dalam hal pelaksanaan KB. Ada banyak faktor, mulai dari sisi edukasi, pendidikan, segi keagamaan dan dari sisi kesehatannya," ucapnya.
Sebanyak 24 delegasi dari sepuluh negara di Asia dan Afrika belajar mengenai praktek Keluarga Berencana di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo, Jumat (26/4). Kegiatan bertajuk Training on Strategic Partnership with Muslim Religious Leaders in Family Planning at PKU Muhammadiyah Hospital tersebut diselenggarakan atas kerja sama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Sekretariat Negara, United Nations Population Fund (UNFPA) dan RS PKU Muhammadiyah Solo.
Sementara itu, Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS PKU Muhamamdiyah Solo, Soffin Arfian, mengatakan, indikator keberhasilan KB yakni angka kegagalan yang belum tercatat. "Di kami belum pernah ada laporan gagal selama ini yang kami kerjakan di sini ini untuk KB MOW, kalau untuk KB IUD semua ada angka kegagalan. KB IUD kegagalan sekitar 1 persen, kalau MOW kurang dari 1 persen," ungkapnya.
Namun, lanjutnya, tidak semua buatan manusia itu sempurna. Soffin mengaku pernah menemui ada orang tidak punya rahim selama empat tahun tetapi saat itu wanita tersebut hamil empat bulan. Artinya steril tidak menjamin 100 persen tidak hamil. Masih ada kemungkinan kegagalan KB.
Terkait KB MOW, Soffin menjelaskan fatwanya ada tiga poin penting, yakni ada unsur emergensi atau kedaruratan. Unsur kedaruratan ditentukan oleh tenaga medis ahli. Misalnya, jika hamil lagi ada risiko bagi bayi maupun ibu. Poin kedua, ada unsur persetujuan dari pasangan. Serta ketiga, tidak merusak atau mengganggu fungsi baik pada laki-laki atau perempuan. Namun, ovumnya tidak bisa dibuahi.
RS PKU Solo menyediakan fasilitas KB semua jenis, kecuali metode kontrasepsi laki-laki. Mulai dari pil, suntik satu bulan, suntik tiga bulan, implant, serta spiral atau IUD.