Kamis 25 Apr 2019 13:19 WIB

Dedi Tanggung Biaya Hidup Keluarga KPPS yang Meninggal

Pihaknya juga akan memberikan perhatian khusus pada 28 petugas yang gugur saat Pemilu

Rep: Arie Lukihardianti/Ita Nina Winarsih/ Red: Agus Yulianto
Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi, saat menyambangi keluarga petugas KPPS yang meninggal dunia di Kabupaten Purwakarta, Rabu (24/4)
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi, saat menyambangi keluarga petugas KPPS yang meninggal dunia di Kabupaten Purwakarta, Rabu (24/4)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menyambangi kediaman keluarga Deden Damanhuri Ketua KPPS dan keluarga Carman anggota PPS asal Desa Gardu, Kiarapedes Purwakarta, yang meninggal pada saat menjalankan tugasnya pada Rabu 17 April 2019 lalu. 

Dedi mengawali kedatangannya ke keluarga Almarhum Deden Damanhuri, di Kp Sukalaksana, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Bojong yang langsung diterima istri almarhum, Popon Komariah (40 tahun) beserta ketiga putrinya.

Dalam kesempatan itu, Dedi siap menanggung semua biaya hidup dan pendidikan anak-anak pahlawan demokrasi tersebut. Dia pun mengangkat ketiga anak almarhum menjadi anak asuhnya.

"Karena saya tidak tega mereka menjadi janda dan yatim, untuk biaya hidup dan biaya pendidikan sampai dengan lulus saya yang tanggung, bila perlu sampai dengan perguruan tinggi," ujar Dedi, dalam Siaran Pers yang dikirimkan oleh Humas DPD Golkar Jabar, kemarin.

Menurut Dedi, kunjungan ini merupakan respect dan bentuk tanggung jawab dari partai politik peserta Pemilu terhadap para petugas yang telah gugur saat menjalankan tugas pada gelaran Pemilu serentak ini. "Mudah-mudahan kedatangan kami bisa membantu meringankan beban yang dialami oleh keluarga almarhum," katanya.

Selain itu, pihaknya juga akan memberikan perhatian khusus pada 28 petugas yang gugur saat Pemilu di seluruh wilayah Jawa Barat. "Seperti di Tasik, Cianjur, Cirebon, Subang dan lainnya itu merupakan prioritas kami, terutama kita akan bantu menanggung biaya pendidikan anak-anak almarhum," katanya. 

Untuk menghindari jatuhnya korban, Dedi meminta sebelum pelakasanaan pemilu, petugas KPPS harus diperiksa kesehatannya bila perlu harus diasuransikan. "Kalau bisa lakukan pemeriksaan kesehatannya dahulu,bahkan dijamin asuransinya," kata Dedi.

Istri Almarhum Deden, Popon bercerita, saat pelaksaaan pencoblosan suaminya mengalami pusing dan mual setelah sebelumnya bekerja dua hari membuat Tempat Pemungutan Suara (TPS)."Sepertinya Kecapean, saat mengalami pusing dan mual langsung di bawa ke klinik. Sampai di klinik beliau meninggal," katanya.

Almarhum Deden meninggalkan istri dan tiga anaknya. Apalagi, bagi Popon Deden merupakan tulang punggung keluarga. "Anak-anak masih sekolah. Anak pertama kelas 12, kedua kelas 9 SLTP, dan yang bungsu baru 5 tahun," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement