Senin 22 Apr 2019 07:30 WIB

Tokoh Perubahan Republika: Rustamadji

Rustamadji berjuang demi eksistensi suku asli di Papua.

Rektor Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong - Rustamadji
Foto:
Rektor Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong - Rustamadji

Rustamadji menceritakan, saat TK Lab School dan SD Lab School berdiri, anak-anak Kokoda tidak langsung terbiasa dengan kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas. Saat mahasiswa STKIP Muhammadiyah datang, tidak semua siswa mau ke sekolah. Tugas mahasiswa menjadi ekstra karena harus menjemput murid-muridnya di rumah masing-masing. Mereka harus sabar membujuk anak didiknya agar mau belajar di dalam kelas.

"Alhamdulillah, sekarang anak-anak Suku Kokoda sudah banyak yang melanjutkan sekolah, belajar di SMA dan perguruan tinggi. Kesadaran mereka terhadap pendidikan semakin meningkat," kata Rustamadji.

Pada 2018 STKIP Muhammadiyah Sorong menjadi Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong. Rustamadji didaulat menjadi rektor. Perubahan status ini tidak menghentikan upaya pembinaan kepada Suku Kokoda. Bersama Unimuda, Rustamadji bahkan menambah harapan baru agar warga Kokoda bisa mendapat mata pencaharian yang layak.

Namun, ujian yang dihadapi Rustamadji tidak berhenti. Dia menceritakan, suatu ketika, masyarakat Kokoda dilatih beternak. Mereka diberi beberapa ekor sapi untuk dikembangbiakan. Tapi, sapi yang dipelihara mereka mati dan tidak tumbuh sehat.

"Saya bertanya kenapa sapinya bisa sampai mati? Mereka, orang Kokoda, menjawab, tidak tahu ternyata sapi harus diberi minum agar tetap hidup," ujarnya menirukan logat orang Kokoda. Ada juga peternak lain yang mengikat sapi dengan tambang sampai kaki sapi terluka dan sakit.

Ketimpangan itu membuat Rustamadji dan STKIP Muhammadiyah kembali berjuang untuk bisa memberikan tanah dan tempat tinggal yang layak bagi Suku Kokoda. Setelah mencari ke sana kemari, upaya Rustamadji menampakkan hasil. Majelis Pemberdayaan Masyarakat Muhammadiyah memberi bantuan untuk membeli tanah. Kini, mereka tinggal di atas lahan seluas dua hektare.

Perjuangan selanjutnya berhasil mendapat bantuan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sebanyak 57 rumah permanen telah berdiri untuk masyarakat Kokoda. Mereka bisa hidup menetap di rumah permanen yang layak.

Suku Kokoda juga telah mendapatkan dana desa. Mereka sedang berusaha membuat bagan atau alat penangkap ikan di laut. Masyarakat pun bisa panen ikan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Kiprah Rustamadji membangun karakter masyarakat Kokoda membuahkan hasil. Perlahan, citra negatif Suku Kokoda pudar. Mereka makin optimistis menata dan menatap masa depan setelah mendapat sentuhan Muhammadiyah.

Menurut Rustamadji, tantangan Suku Kokoda ke depan adalah membangun karakter. Ia pun mengajak lembaga swasta, pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan perguruan tinggi untuk memiliki keberpihakan yang nyata.

“Mereka yang kurang rajin menjadi rajin, yang tidak semangat menjadi lebih semangat, dan budaya konsumtif mereka menjadi budaya produktif,” ujar dia. (ed: a syalaby ichsan).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement