Sabtu 20 Apr 2019 14:52 WIB

Kelelahan Diduga Jadi Sebab Sejumlah Petugas KPPS Meninggal

Petugas KPPS bertugas melebihi waktu normal orang bekerja.

Rep: Dessy Susilawati/ Red: Muhammad Hafil
Fakultas Kedokteran UI
Fakultas Kedokteran UI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah petugas kelompok panitia pemungutan suara (KPPS) dan anggota Polri  meninggal dunia setelah bertugas pada pemungutan suara Pemilu 2019. Menurut Dekan FKUI, Prof Ari F Syam, kelelahan menjadi salah satu faktor penyebabnya.

"Sebenarnya pada tahun 2014 fenomena ini tidak banyak terjadi. Pada 2019 ini kejadian. Sebenarnya pada 2009 ini terjadi pada saat pemilihan legislatif (pileg), saat pileg terjadi pileg banyak, jejer. Nah 2019 terjadi lagi," ujarnya saat ditemui Republika.co.id di FKUI, Sabtu (20/4).

Baca Juga

Menurut Ari, petugas KPPS yang sudah ditunjuk ini sudah mempersiapkan segala keperluan pemilu dari dua hari sebelum pemungutan suara. Belum lagi kualitas kotak suara kurang baik sehingga membuat mereka harus menjaga dan menutupinya.

Kemudian, berlanjut pada proses pemungutan suara juga penghitungan suara. Keduanya memakan waktu lama . Apalagi proses penghitungan suara, selain menghitung suara pilpres juga suara pileg. "Pilpres selesai, tapi untuk pileg mereka masih menghitung suara sampai tengah malam. Jam 11, 12 bahkan ada yang sampai jam 2 pagi," kata Ari

Jadi, banyaknya kasus petugas sakit bahkan meninggal, pertama karena faktor kelelahan. Secara normal kita bekerja delapan jam. Dalam 24 jam dibagi dalam tiga waktu, 8 jam kerja ringan sambil santai, 8 jam kerja dan 8 jam istirahat (enam jam tidur dan dua jam santai).

"Dan yang terjadi pada petugas bekerja 2x24 jam. Jadi mereka umumnya pada tidur jam 12. Jam 4 jam 5 umumnya pada begadang," ujarnya.

Pada kondisi ini, lanjutnya, tekanan fisik mereka sudah pasti lelah, faktor psikis luar biasa, tingkat stress tinggi. Belum lagi macam-macam, hoaks dan lainnya.

"Saya rasa dalam kondisi pasti orang itu tekanan fisik, psikis yang luar biasa, dia pasti makannya tidak beres. Enggak mungkin orang lagi pemilu jam 12 pada makan, minum juga berkurang," jelasnya.

Ari menambahkan selain istirahat kurang, makan minum juga kurang, kemudian tingkat stres bertambah, mereka juga menambah doping. Biasanya mereka pakai doping, minuman berenergi mengandung kafein, termasuk kopi. Kafein ini akan menyebabkan jantung bekerja lebih cepat, tekanan darah menjadi naik.

Menurutnya orang kelelahan itu obatnya tidur. Bukan doping, doping hanya sesaat saja. Dia memaksa otak tetap bright dan jantung tetap bekerja padahal kita lelah.

"Lelah obatnya tidur. Doping hanya sesaat saja apalagi pekerjaan butuh konsentrasi. Penghitungan itu butuh konsentrasi bukan pekerjaan main-main. Kalau salah hitung lagi," ujarnya.

Apalagi petugas KPPS ini umumnya mereka orang-orang yang tidak muda lagi, 30, 40 atau 50 tahun. "Jadi artinya dia sebenarnya secara fisik mungkin sudah ada permasalahan pada jantungnya, tekanan darah dan lainnya. Dengan stres demikian membuat mereka terjadi banyak yang meninggal, dirawat. Ada yang sebelum dan sesudah pencoblosan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement