Selasa 16 Apr 2019 07:00 WIB

Pengamat: Hasil Pilpres 2019 tak akan Jauh dari Hasil Survei

Tingkat keterpilihan pasangan Jokowi-Maruf Amin unggul atas Subianto-Sandiaga Uno.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Andri Saubani
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno. Ia memberikan keterangan kepada awak media di sela diskusi publik Parameter Politik Indonesia, Jumat (15/3).
Foto: Republika/Riza Wahyu Pratama
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno. Ia memberikan keterangan kepada awak media di sela diskusi publik Parameter Politik Indonesia, Jumat (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno memprediksi hasil Pilpres 2019 tidak akan terpaut jauh dari hasil jajak pendapat sejumlah lembaga survei. Dia mengatakan, tingkat keterpilihan pasangan Jokowi-Maruf Amin unggul atas Subianto-Sandiaga Uno.

"Hasil survei itu kan nyaris tidak ada pergerakan signifikan melampaui elektabilitas Jokowi, terutama survei-survei yang dikeluarkan oleh lembaga yang secara reguler melakukan survei. Bukan lembaga survei yang hanya muncul lima tahun sekali," kata Adi Prayitno di Jakarta, Selasa (16/4).

Baca Juga

Beberapa hari menjelang hari tenang Pemilu 2019, sejumlah lembaga survei merilis hasil jajak pendapat mereka. Charta Politika menempatkan elektabilitas pasangan Jokowi-Maruf di angka 55,7 persen, sementara tingkat keterpilihan pasangan Prabowo-Sandiaga sebesar 38,8 persen.

Hasil survei teranyar Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang dirilis pada Jumat (12/4) lalu juga hampir senada. Jokowi-Maruf Amin unggul dengan 56,8 persen dan pesaingnya 37 persen.

Pasangan capres nomor 01 juga unggul berdasarkan survei Indo Barometer dengan 59,9 persen sedangkan Prabowo-Sandiaga sebesar 40,1 persen. Lembaga Survei Median juga menggulkan petahana meski selisihnya tipis. Jokowi-Maruf 47,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 39,5 persen.

Menurut Adi, jika melihat tren survei kecendrungannya Jokowi unggul di pilpres nanti. Dia mengatakan, keunggulan pasangan calon (paslon) 01 bisa dua digit atau satu digit.

Kalaupun ada tren kenaikan elektabilitas Prabowo-Sandi, kata dia, itu berasal dari swing voter sebab basis pemilih Jokowi juga trennya naik. Dia melanjutkan, ini juga bisa diterjemahkan bahwa swing voter mengalami penurunan hingga terkikis menjadi 7 persen.

"Artinya tidak ada migrasi pemilih dari 01 ke 02. Kecenderungannya hanya saling memperebutkan swing voter itu. Jokowi tidak memiliki tren turun, Prabowo juga demikian. Artinya strong voter kedunya tidak ada yang pindah," paparnya.

Merujuk data itu, Adi berpendapat, hasil pilpres pada 17 April mendatang tidak akan jauh berbeda dari kebanyakan hasil survei. Dia mengatakan, kalaupun ada kecendrungan berbeda, perubahannya tidak akan terlalu banyak.

"Misalnya diprediksi menang 10-15 persen, kalaupun toh error, (margin error) survei itu kan 4 persen. Paling jatuhnya menang 10-11 persen. Itu margin error yang masih bisa ditoleransi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement