REPUBLIKA.CO.ID, DAYEUHKOLOT--Banjir yang merendam kawasan Baleendah, Bojongsoang dan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung berangsur menurun, Rabu (10/4). Beberapa akses jalan sudah bisa dilewati meski akses jalan utama Dayeuhkolot-Banjaran-Baleendah belum bisa dilewati kendaraan roda dua dan empat.
Namun, di pemukiman padat penduduk yang dekat dengan bantaran sungai Citarum. Seperti di Kampung Bojong Asih, Dayeuhkolot ketinggian banjir masih tinggi hingga mencapai 1.5 meter. Kondisi tersebut akan bertambah parah jika hujan kembali terjadi.
Relawan Kampung Bojong Asih, Yadhi mengungkapkan, sebagian masyarakat mulai mengeluhkan sakit akibat banjir yang sudah berlangsung selama satu pekan. Tidak hanya itu, saat ini warga kesulitan memperoleh gas elpiji ukuran 3 kilogram.
"Kebutuhan paling fatal warga yaitu sulitnya membeli gas elpiji untuk memasak," ujarnya, Rabu (10/4). Ia mengaku tidak mengetahui penyebab kelangkaan gas elpiji 3 kg di kawasan tersebut.
Menurutnya, sebagian warga ada yang memperoleh gas elpiji dengan membayar lebih mahal dari harga biasanya. Selain itu, dirinya menambahkan, jika saat ini warga pun kekurangan obat-obatan untuk mereka yang sakit.
"Banyak masyarakat yang sakit-sakit, gak ada gas elpiji juga menyusahkan warga untuk masak," katanya. Katanya, banyak warga yang memilih memasak mi instan dengan menggunakan daya listrik yang sudah menyala.
Yadhi mengusulkan agar pemerintah membuat pasar murah di area lokasi banjir di Bojongsoang, Dayeuhkolot dan Baleendah. Hal itu dilakukan agar meringankan beban masyarakat terdampak banjir. "Ya mudah-mudahan ada perhatian dari pemerintah," katanya.
Salah satu warga lainnya, Ros di RT 04 RW 04 mengungkapkan hujan deras disertai angin kencang beberapa waktu lalu menyebabkan atap rumah dan genting rumah warga rusak dan hancur. Kondisi tersebut memperparah kerusakan rumah karena menjadi bocor.
"Genting dan fiber rumah saya saat hujan angin dan hujan es terbang. Sekarang rumah jadi bocor," katanya.