Rabu 10 Apr 2019 10:39 WIB

Bowo dan Romi Sama-Sama Bernyanyi

Bowo menyebut nama Nusron Wahid soal penyiapan amplop 'serangan fajar'.

Rep: Dian Fath Risalah/Amri/ Red: Teguh Firmansyah
Tersangka kasus dugaan suap distribusi pupuk, Bowo Sidik Pangarso bergegas menuju mobil tahanan seusai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (9/4/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Tersangka kasus dugaan suap distribusi pupuk, Bowo Sidik Pangarso bergegas menuju mobil tahanan seusai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (9/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Setelah mantan ketua PPP Romahurmuziy, kini giliran politikus Partai Golkar Bowo Sidik Pangarso 'bernyanyi' di hadapan Komisi Pemberantasan Korupsi. Bowo yang terseret kasus dugaan korupsi pupuk, menyeret nama Nusron Wahid, rekan seperjuangannya di Partai Golkar. Bowo mengaku diminta oleh Nusron untuk menyiapkan 400 ribu amplop.

"Saya diminta oleh partai menyiapkan 400 ribu‎ (amplop), Nusron Wahid meminta saya untuk menyiapkan 400 ribu (amplop)," kata Bowo kepada wartawan di Gedung KPK Jakarta, Selasa (9/4).

Saat dikonfirmasi, apakah amplop serangan fajar untuk  kepentingan Pileg atau Pilpres? Bowo kembali menegaskan nama Politikus Partai Golkar, Nusron Wahid. "Diminta  Nusron Wahid untuk menyiapkan itu," ucap Bowo.

photo
Nusron Wahid - Politisi Golkar

Pernyataan Bowo tersebut diamini oleh kuasa hukumnya, Saut Edward Rajaguguk. Menurut Saut, Nusron dan Bowo merupakan calon anggota DPR RI dari Dapil Jawa Tengah "Iya iya bahkan katanya 600 ribu (amplop) yang siapkan itu Nusron Wahid. Pak Wahid 600 ribu (amplop), Pak Bowo 400 ribu amplop," kata Saut di Gedung KPK.

Saut juga  membenarkan adanya cap jempol di amplop yang disiapkan Bowo. Namun Saut menampik  tanda tersebut berkaitan dengan Pilpres.  "Cap jempol memang dibuat karena supaya tahu bahwa amplop ini sampai atau tidak nanti. Sebagai tanda saja," kata Saut.

Mereka, kata Saud, punya pengalaman bahwa amplop itu tak disampaikan kepada yang bersangkutan. "Nah untuk menghindari itu dibuat tanda cap jempol."

Nusron sontak langsung membantah kabar tersebut.  Ia mengaku tak memerintahkan penyediaan amplop-amplop tersebut.  "Hal itu tidak benar," kata Nusron kepada Republika.co.id.

KPK telah menetapkan Bowo bersama dua tersangka lainnya yakni pihak swasta yang merupakan orang kepercayaan Bowo, Indung sebagai penerima suap. Adapun Marketing Manager PT HTK, Asty Winasti sebagai pemberi suap.

Bowo diduga meminta fee kepada PT HTK atas biaya angkut yang diterima sejumlah 2 dollar AS per metric ton. Diduga telah terjadi enam kali penerimaan di sejumlah tempat sebesar Rp221 juta dan 85.130 dollar AS. Dalam tangkap tangan  juga ditemukan uang sekitar Rp8 miliar dalam pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu yang telah dimasukkan dalam ratusan ribu amplop.

Uang tersebut diduga bakal digunakan Bowo untuk 'serangan fajar' Pemilu 2019. Politikus Golkar itu kembali mencalonkan diri pada Pemilu 2019 di daerah pemilihan Jawa Tengah II.

Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily mengakui pihaknya masih belum mempercayai kebenaran pengakuan Bowo Sidik tersebut. "Dan itu kan pengakuan dari Bowo, apa itu benar? Selalu ada tendensi seseorang yang OTT, berusaha melibatkan pihak lain," kata Ace kepada wartawan saat dihubungi, Selasa (9/4).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement