Selasa 09 Apr 2019 14:08 WIB

Respons SBY, JK: Strategi Dua Paslon adalah Strategi Islami

Beredar surat SBY terkait kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andri Saubani
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat diwawancarai wartawan di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (9/4).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat diwawancarai wartawan di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla merespons gaya kampanye kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang sama-sama menggunakan strategi islami. Menurut JK, kedua tim pasangan calon memang berusaha mendekati pemilih muslim, namun dengan cara-cara berbeda.

Hal itu disampaikan JK untuk merespons surat Presiden keenam RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono terkait kampanye terbuka Prabowo Subianto di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) lantaran dinilai eksklusif. "Ini surat Pak SBY ini sebagai pemimpin bagus. Walaupun juga dalam kampanye ini orang mengambil, punya strategi-sendiri yang berbeda-beda. Jadi strategi umum kedua calon itu, strategi islami, pemilih Islam," ujar JK saat diwawancarai wartawan di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (9/4).

Baca Juga

JK mengungkapkan, jika pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Maruf Amin memilih calon wakil presiden dari ulama sebagai cara mendekati pemilih muslim. Berbeda halnya dengangn pasangan calon nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga menggunakan simbol-simbol Islam secara terbuka.

"Pak Jokowi ambil ulama, itu dia ingin dekat dengan pemilih Islami kan. Kemudian yang satu menggunakan simbol-simbol Islam yang sangat keras. Shalat subuh, macam-macam. Itu dua-duanya memakai strategi yang sama. Tapi caranya berbeda," ujar JK.

Sebelumnya, SBY sempat mengutarakan kekhawatiran terkait kampanye akbar calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Sebelum kampanye digelar pada Ahad (7/4), SBY menilai ada ketidaklaziman pada rapat umum tersebut.

SBY sempat menyurati sejumlah petinggi Partai Demokrat dan meminta agar mereka memberikan masukan kepada Prabowo-Sandiaga agar acara tersebut terkait kampanye akbar tersebut. Surat SBY itu kemudian bocor ke publik dan memunculkan spekulasi ketidasolidan internal kubu Prabowo-Sandi.

"Penyelenggaraan kampanye nasional (di mana Partai Demokrat menjadi bagian di dalamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan 'inclusiveness', dengan sasanti 'Indonesia Untuk Semua' juga mencerminkan kebhinnekaan atau kemajemukan. Juga mencerminkan persatuan. 'Unity in diversity'. Cegah demonstrasi apalagi 'show of force' identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuasa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrem."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement