REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago meragukan efektivitas kampanye terbuka yang diselenggarakan kubu paslon 01 dan 02. Menurutnya, massa lebih memilih kampanye tatap muka atau berdialog secara langsung.
Pangi mengatakan, saat ini masing-masing kubu adu banyak menggalang massa untuk menyukseskan kampanye terbuka. Padahal ia menyimpulkan kampanye gaya lama seperti itu tak efektif.
Berdasarkan hasil survei Voxpol Center Research and Consulting menunjukan bentuk kegiatan kampanye yang disukai pemilih paling dominan adalah dialog tatap muka dengan kandidat sebesar 51,6 persen. Sementara model kampanye seperti kampanye terbuka dengan pengerahan massa hanya sebesar 10.8 persen.
"Karena kampanye terbuka tidak terlalu disukai pemilih maka cenderung dimobilisasi dan pengaruhnya juga tidak terlalu signifikan, selain memang kampanye terbuka sebagai pertunjukan hiburan rakyat," katanya dalam keterangan resmi pada Republika.co.id, Senin (8/4).
Capres No urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam kampanye akbar calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (7/4).
Ia menjelaskan hasil survei Voxpol itu menunjukkan kampanye terbuka seringkali digunakan sebagai ajang gagah-gagahan dan unjuk kekuatan. Voxpol juga mendapati kampanye terbuka tidak punya korelasi positif dengan dukungan politik.
"Mereka yang hadir sebagian besar sudah dipastikan akan mendukung kandidat yang bersangkutan, sisanya mereka hanya ikut-ikutan dan yang pasti model kampanye semacam ini tidak akan menambah asupan elektoral yang signifikan terhadap kandidat," ujarnya.
Capres dan Cawapres Nomor Urut 01, Joko Widodo dan Maruf Amin (tengah) menyapa masyarakat saat kampanye Karnaval Indonesia Satu di Tangerang, Banten, Ahad (7/4/2019).
Ia mengingatkan pada para paslon dan timses supaya tidak terjebak pada ilusi merasa menang yang timbul dari kampanye terbuka. Sebab hadirnya massa yang besar biasanya menciptakan efek psikologis dukungan besar dan luas dari masyarakat.
"Padahal massa yang hadir jika kita bandingkan dengan jumlah persentase pemilih sangatlah sedikit dan belum seberapa dibandingkan yang hadir kampanye terbuka," ucapnya.