Ahad 31 Mar 2019 05:29 WIB

Luhut: Pancasila tak Alami Kemunduran di Era Jokowi

Sila ketiga Pancasila tidak mengalami pelemahan makna, tetapi ada ketidakrukunan.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Ratna Puspita
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan ke lokasi pembangunan dermaga Cisolok di Desa Nelayan Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi Selasa (19/3)
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan ke lokasi pembangunan dermaga Cisolok di Desa Nelayan Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi Selasa (19/3)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, menampik anggapan Pancasila mengalami kemunduran di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sila ketiga Pancasila tidak mengalami pelemahan makna, tetapi ketidakrukunan masyarakat

Menurutnya salah satu penyebab lemahnya persatuan adalah berita bohong atau hoaks. Masifnya hoaks membuat terjadinya ketidakrukunan.

Baca Juga

"Tidak, memang karena ada sosial media (sosmed), bukannya berniat menyalahkan, tetapi masyarakat harus dewasa dalam bersosmed," ujar Luhut kepada wartawan di Hotel Shangri-La, Jakarta Selatan, Sabtu (30/3). 

Kedewasaan itu, lanjut dia, utamanya harus menyasar kepada intelektual masyarakat.  "Jadi kadang kita banyak mempublikasi berita bohong, yang tidak benar. Ya seperti soal TKA lah, hutang lah. Itu kan sama sekali tidak benar," tutur Luhut. 

Sebab, menurutnya, semua kebijakan sudah dihitung dengan matang. Tidak terkecuali, kata Luhut, soal utang negara. 

"Utang kita kan masih 29 sekian persen dari PDB dan GDP kita. Masih jauh dari 60 persen. Salahnya di mana ?. Jadi ini lebih banyak (disebabkan hoaks)," tegasnya. 

Artinya, tutur Luhut, hoaks merupakan sumber perpecahan utama. Karena itu, dirinya berpesan agar masyarakat menghindari hoaks. 

"Makanya saya berkali-kali imbau di mana saya ceramah, mau pilih nomor satu atau dua itu hak demokrasi. Tapi jangan berangkat memilih itu dari informasi-informasi hoaks atau fitnah. Harus jernih," tambah Luhut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement