Sabtu 30 Mar 2019 08:55 WIB

Anies Rancang Jakarta Jadi Kota Ramah Lingkungan

Jakarta dinilai rentan terhadap dampak perubahan iklim dunia.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bilal Ramadhan
Anies Baswedan
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyatakan berupaya menanggulangi perubahan iklim yang berdampak terhadap pemanasan global. Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, hal itu dimulai dari mereduksi emisi dan polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor.

"Jakarta kita ketahui memiliki tantangan masalah lingkungan yang tidak kecil, dan langkah yang akan kita lakukan menyangkut mengenai pengendalian emisi dari kendaraan motor," kata Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (29/3).

Ia menjelaskan, perlu waktu yang panjang untuk menjadikan Jakarta kota ramah lingkungan. Menurut dia, Pemprov DKI akan serius mengupayakan bangunan di Ibu Kota yang hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan, dan penggunaan yang dampak terhadap lingkungannya sangat minim (green building).

Untuk menciptakan itu semua, kata Anies, Pemprov DKI terlebih dahulu akan membuat roadmap atau rancangan dan strategi menuju kota ramah lingkungan. Roadmap tersebut melalui kerja sama dengan C40 Cities Climate Leadership Group.

Sebanyak 96 kota besar di dunia yang berkomitmen untuk melakukan aksi penanggulangan perubahan iklim demi masa depan. Pemprov DKI Jakarta akan memulai proses penyusunan Inclusive Climate Action Plan (ICAP). ICAP akan merangkum serangkaian aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Aksi mitigasi atau pengurangan emisi akan difokuskan di sektor transportasi, produksi dan konsumsi energi, bangunan hijau, serta pengelolaan sampah. Anies akan meniru Kota Beijing, Cina, yang sukses menghapus gelar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia melalui rancangan yang digagas C40.

"Hari ini Cina tidak masuk lagi ke kota paling berpolusi, perlu 10 tahun mengubah. Jadi, kalau kami sudah dapat informasinya dengan lengkap, kami akan susun roadmap-nya," tutur Anies.

Anies mengatakan, salah satu cara mengurangi tingkat polusi udara di Jakarta dengan mencontoh Beijing, yakni mengganti moda transportasi umum berbasis listrik. Menurut dia, saat ini Cina telah menjadi produsen kendaraan listrik terbesar.

"Jadi, contoh paling siap adalah dari Cina. Nah, kami membutuhkan praktik terbaik itu untuk menyusun roadmap, kemudian C40 juga akan membantu dalam bertukar mengenai praktik baru ini," kata Anies.

Ia mengatakan, untuk menekan emisi, Pemprov DKI akan memanfaatkan transportasi umum berbasis listrik. Hal itu dimulai dari penyediaan bus Transjakarta yang menggunakan bahan listrik.

Sehingga, dia mengatakan, DKI akan memulai menggunakan bus listrik untuk armada Transjakarta. Namun, saat ini Transjakarta baru memiliki tiga unit bus berbasis listrik yang mulai diujicobakan tahun ini.

"Insya Allah kendaraan Transjakarta ke depan akan menggunakan listrik, harapannya kendaraan-kendaraan umum lainnya juga kendaraan pemerintah bisa membasiskan kepada listrik," kata Anies.

Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono mengatakan, tiga unit bus listrik Transjakarta akan mulai diuji coba tahun ini. Menurut dia, Transjakarta secara bertahap akan mengurangi penggunaan kendaraan berbasis fosil dari energi bahan bakar minyak (BBM) dan gas.

Dalam uji coba itu, ia akan memastikan fasilitas pendukungnya siap untuk menyambut bus berbasis listik. Di antaranya stasiun pengisian bahan bakar listriknya itu sendiri.

"Kita juga ingin pastikan fasilitas pendukungnya juga tersedia dalam hal charging station-nya, kita pastikan kemampuan untuk melakukan perawatan, mekaniknya, servisnya juga harus ada," kata Agung dalam kesempatan yang sama.

Ia memastikan, dengan adanya uji coba bus listrik itu selambat-lambatnya bulan Mei, Transjakarta sudah bisa mengurangi emisi dengan adanya bus listrik. Sebab, kata dia, berdasarkan suatu studi, 46 persen emisi karbondioksida di perkotaan berasal dari transportasi, termasuk angkutan umum.

Direktur Eksekutif C40 Mark Watts mengungkapkan, Jakarta menjadi bagian dari kota paling rentan di dunia terhadap dampak perubahan iklim. Menurut dia, pemanasan global mengakibatkan peningkatan curah hujan dan bentuk cuaca ekstrem lainnya yang berujung banjir dan kenaikan muka air laut.

Menurut dia, salah satu hal yang bisa dilakukan, yakni mereduksi emisi dengan pergantian menuju kendaraan listrik. Hal itu, Watts mengatakan, sudah dilakukan di berbagai kota di dunia, misalnya Amerika Selatan.

"Hari ini kita melihat progres yang besar yaitu pergeseran menuju kendaraan listrik. Saya bilang sama gubernur bahwa belahan dunia bagian selatan sekarang memimpin dalam bus listrik,\" kata Watts usai bertemu Anies.

Namun, yang perlu diperhatikan ialah sumber dari energi penghasil listrik itu sendiri. Climate and Energy Manager WWF Indonesia Indra Sari Wardhani mengatakan, saat ini sumber listrik di Indonesia sebagian besar masih bersumber dari bahan bakar fosil.

"Untuk menghasilkan listrik itu kan dibutuhkan bahan bakar ya, listrik kita masih didominasi oleh bahan bakar fosil, batu bara masih tinggi kemudian juga minyak, BBM masih tinggi, gas juga dipakai," ujar Indra saat dihubungi Republika, Jumat.

Indra meminta, Pemprov DKI menekan penggunaan kendaraan pribadi. Upaya tersebut agar masyarakat beralih menggunakan angkutan umum, sehingga emisi dan polusi dapat ditekan secara signifikan.

"Dari jumlah mengurangi kendaraannya itu kita bisa mengurangi atau menekan emisi gas rumah kaca. Ada pengurangan emisi yang dilepas dari penggunaan kendaraan pribadi," kata Indra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement