REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi adanya dua bendungan alami yang terbentuk karena longsor atas hujan yang secara berkelanjutan menerjang daerah Sentani, Jayapura. BNPB menilai kehadiran bendungan tersebut membahayakan pemukiman penduduk.
"Kalau dari citra satelit, lembah-lembah di gunung Cyclops modelnya seperti mangkok," kata Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Bernadus Wisnu Widjaya di Gedung BNPB, Jumat (29/3).
Wisnu menilai terbentuknya bendungan alami malah membuat tertutupnya akses menuju pemukiman warga. Alhasil kondisi tersebut membahayakan warga karena secara mendadak bisa hancur dan menghantam pemukiman.
"Jadi ini memungkinkan menutup pemukiman dan membuat dam alam yang membayakan warga," ujarnya.
Wisnu mengatakan bekas longsoran di Gunung Cyclops masih berbekas dan berbahaya sampai sekarang. Ia khawatir kondisi itu masih berpeluang menimbulkan longsoran lanjutan.
"Dua arah besar dari banjir bandangnya itu longsoran. Dari posisi lereng yang terjal itu pasti longsor," ungkapnya.
Tercatat sampai dengan Rabu (27/3) pukul 23.00 WIT, masih terdapat 5.597 orang atau 979 kepala keluarga (KK) yang mengungsi di 24 titik. Bencana ini terjadi Sabtu (16/3) pukul 18.00 hingga 23.30 WIT di Distrik Sentani, Distrik Waibu, Distrik Sentani Barat, Distrik Ravenirara, dan Distrik Depapre. Banjir bandang tersebut disebabkan akibat hujan deras di wilayah Pegunungan Cyclops yang sudah gundul.