Jumat 22 Mar 2019 11:32 WIB

BMKG Peringatkan Potensi Banjir Susulan di Sentani

Hingga seminggu ke depan curah hujan diprediksi masih cukup tinggi di Papua.

Sejumlah anak pengungsi banjir bandang Sentani bermain karet di halaman Kantor Bupati Jayapura yang dijadikan tempat pengungsian di Sentani, Jayapura, Papua, Kamis (21/3/2019).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Sejumlah anak pengungsi banjir bandang Sentani bermain karet di halaman Kantor Bupati Jayapura yang dijadikan tempat pengungsian di Sentani, Jayapura, Papua, Kamis (21/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan untuk mewaspadai potensi banjir bandang susulan di Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Alasannya, curah hujan yang masih tinggi di Jayapura.

"Dalam kurun waktu lima sampai tujuh hari ke depan hujan masih akan mengguyur Jayapura dengan intensitas sedang hingga lebat dari malam hingga dini hari. Kami imbau masyarakat untuk tetap waspada dengan kondisi cuaca tersebut," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (22/3).

Baca Juga

Potensi tersebut dengan memperhatikan adanya pengaruh kondisi lokal dan adanya pertemuan aliran udara yang terjadi akibat sistem pola tekanan rendah di utara Papua. "Kondisi tersebut dapat berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan awan dan hujan di wilayah Jayapura," katanya.

Selain itu, perlu diwaspadai pula pola pertemuan aliran udara dan pertumbuhan awan di Papua bagian selatan, sebagai dampak adanya pengaruh siklon tropis Trevor, yang saat ini masih berada di Teluk Carpentaria, di sebelah selatan Papua. Dengan adanya beberapa fenomena di atas, maka lima hari hingga seminggu ke depan curah hujan diprediksi masih cukup tinggi di Papua.

Di samping Siklon Tropis Trevor, kata Dwikorita, di selatan Nusa Tenggara Timur juga sedang muncul Siklon Tropis Veronica. Meskipun jaraknya sekitar 600 kilometer dari pantai NTT, dapat berdampak pada pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT serta ketinggian gelombang laut yang mencapai 4-6 meter di perairan selatan Jawa hingga NTT.

Menurut dia, ada sejumlah tanda yang bisa menjadi alarm peringatan dini saat terjadinya banjir bandang. Di antaranya, air sungai yang tiba-tiba berwarna keruh atau mengalir bersama lumpur, pasir, serta ranting dan batang kayu.

"Selain waspada banjir bandang, masyarakat juga harus waspada terhadap ancaman tanah longsor dan angin kencang. Terjadinya perubahan lahan di lereng dan kaki Gunungan Cyclop secara tidak terkendali, semakin memperparah kejadian banjir bandang. Hal tersebut dikhawatirkan mengakibatkan makin berkurangnya vegetasi yag menahan aliran air dari atas. Meski di hilir tidak hujan, hujan di hulu ditambah kondisi lereng yang rapuh tentu menjadi pemicu longsoran," tuturnya.

Akibat banjir tersebut, sebanyak 109 orang dinyatakan meninggal dunia. Sementara korban hilang mencapai 93 jiwa, luka ringan 808 jiwa, luka berat 107 jiwa, dan terdapat kurang lebih 11.725 kepala keluarga yang terdampak.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement