Selasa 19 Mar 2019 12:31 WIB

Arkeolog Identifikasi Dua Temuan Arung di Sekitar Situs

Belum dipastikan apakah arung itu diteliti lebih lanjut karena ekskavasi masih lanjut

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Tim arkeolog menemukan gua saluran air yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut di Desa Sekaran, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Senin (18/3).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Tim arkeolog menemukan gua saluran air yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut di Desa Sekaran, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Senin (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tim Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Wicaksono Dwi Nugroho, menemukan dua arung atau saluran air bawah tanah di sekitar situs Dusun Sekaran, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang. Tim belum memastikan akan melakukan penelitian lebih lanjut mengingat masih mengekskavasi bangunan bata pra-Majapahit.

Meski belum memutuskan penelitian lebih lanjut, tim telah mengidentifikasi dua arung tersebut. Arung pertama berada dalam radius 70 meter di sisi timur situs. "Ada di bawah tebing, lalu di sebelah selatan sekitar 180 meter dari situs ini," ujar Wicak saat ditemui Republika.co.id, baru-baru ini.

Baca Juga

Lebih detail, arung berbentuk terowongan setengah lingkaran yang terbuat dari tanah padas. Beberapa arung memang sengaja diperuntukkan untuk saluran air bawah tanah. Namun di aspek lain, bisa dijadikan jalan pintas pelarian di suatu masa kerajaan.

Tim sebelumnya pernah menemukan terowongan bawah tanah yang terbagi dalam dua jenis. Antara lain diciptakan oleh alam dan buatan manusia. Terowongan buatan dianggap lebih tepat memenuhi kriteria Cagar Budaya (CB) apalagi jika ditemukan pahataan di dindingnya. Hal ini pernah ditemukan di Banyuwangi, Kediri, Jombang dan Malang

"Nah, banyak arkeolog menginterpretasi apa itu? Apa ada kaitan dengan pengairan atau fungsi lain? Beberapa ada yang menganalogikan ke masa muda, seperti keraton Jogja dan Solo," tambah dia.

Menurut Wicak, terowongan acap dipakai sebagai jalan untuk melarikan diri. Hal ini merujuk pada Keraton di Yogyakarta dan Solo yang memiliki terowongan ke arah selatan, yakni Pantai Parangtritis. Mitos menerangkan, terowongan tersebut dibuat untuk bertemu Nyai Roro Kidul di Pantai Selatan.

Dari data ini, Wicak pun mempertanyakan apa di zaman Hindu-Buddha telah memiliki teknologi serupa. Dalam hal ini, fungsi arung di masa tersebut masih menjadi misteri. Apalagi, lanjut dia, dua buah arung yang ditemukan di Sekarpuro sudah tertutup tanah.

 

"Kita enggak tahu karena sudah keurug tanah. Apa difungsikan untuk menuju ke pusat kekuasan pada masanya? Ini yang menjadi PR. Dan masalahnya mana keraton yang kita temukan di sini?" jelasnya.

Jawa Timur terutama Malang Raya pernah berada dalam kekuasaan Kerajaan Singosari, Kanjuruhan dan Majapahit di masa klasik. Hal ini belum termasuk kerajaan-kerajaan kecil yang bertebaran di era tersebut. Data-data ini yang masih menjadi pertanyaan mengenai waktu pembangunan arung tersebut.

Hingga saat ini, tim baru mampu mendeskripsikan arung dari luar. Pihaknya masih belum berani memasuki terowongan tersebut demi menghindari hal yang tidak diinginkan. Terlebih lagi terdapat legenda ular besar di area tersebut berdasarkan cerita warga.

Hal yang penting, ia menegaskan, tim telah memahami konteks arung secara utuh. Dengan kata lain, gua kecil yang berada di sekitar lahan tol Pandaan-Malang ini harus dilestarikan terlebih dahulu. Setidaknya sembari menunggu teknologi yang bisa memetakan kondisi di dalam terowongan. "Mungkin saja ada teknologi drone atau radar untuk memetakan area dalamnya," tambah dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement