Senin 18 Mar 2019 18:19 WIB

Serpihan Porcelin dan Tembikar di Situs Desa Sekaran Minim

Jumlah temuan ini terbilang minim apabila dibandingkan dengan lokasi bersejarah lain.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Tim arkeolog menemukan serpihan porcelin dan tembikar di lahan ekskavasi situs di Desa Sekaran, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Senin (18/3).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Tim arkeolog menemukan serpihan porcelin dan tembikar di lahan ekskavasi situs di Desa Sekaran, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Senin (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tim arkeolog Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan mengaku telah menemukan sejumlah serpihan benda bersejarah di atas lahan situs, Desa Sekaran, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang. Namun jumlah temuan ini terbilang minim apabila dibandingkan dengan lokasi bersejarah lainnya.

"Temuan lepas justru sangat minim, ini aneh. Ada cuman beberapa tapi tidak signifikan (jumlahnya), tidak sebanyak menggali di lahan Situs Trowulan," kata Ketua Tim Arkeolog BPCB Trowulan, Wicaksono Dwi Nugroho, saat ditemui Republika.co.id, di lokasi penggalian, Desa Sekaran, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Senin (18/3).

Baca Juga

Di sebelah barat situs, Wicaksono mengungkapkan, telah menemukan beberapa pecahan tembikar dan porselin. Temuan juga ditemukan di sebelah selatan situs dan garis tengah lahan penggalian. Secara keseluruhan, terdapat lima sampai enam jenis pecahan tembikar yang paling banyak ditemukan di sisi barat situs.

Sementara ihwal bangunan, hingga saat ini dipekirakan situs tersebut bukan jenis candi. Ia menilai, tumpukan bata merah tersebut sebuah komplek bangunan. Untuk lebih detail, penjelasan ini akan diuraikan pada hari terakhir penggalian, Kamis mendatang.

Wicaksono mengaku, sempat menduga temuan ini berupa bangunan besar yang menyambung menjadi satu. Namun setelah ditelusuri, temuan tersebut sudah merujuk pada satu titik terang. "Sekarang makin jelas, di sana (depan) ada pintu gerbang, lalu ada latar, trap (anak tangga) terus masuk ada bangunan yang ada di tengah. Bangunan ini menghadap Gunung Semeru dan membelakangi Gunung Kawi," jelas Wicak.

Dari sisi struktur dinding dan atap bangunan, Wicak berpendapat, kemungkinan berbahan kayu dan ijuk. Hal ini diungkapkan mengingat tim tidak menemukan pecahan genteng di lahan temuan. "Tidak ada temuan genteng seperti bangunan Majapahit lainnya. Kalau runtuh, pasti banyak peninggalaannya tapi di sini kita tidak tahu apa bentuk dan berapa jumlahnya.  Jadi kita memperkirakan tiangnya dari kayu, dinding kayu dan atapnya kayu ijuk (dengan fondasi berupa temuan bata)," tambah dia

Meski sudah menemui kesimpulan sementara, Wicak belum memastikan, temuan tersebut merupakan satu bangunan utama atau sebuah komplek. Oleh karena itu, tim membuat garis rekonstruksi berwarna putih di lahan penggalian situs. Di sebelah timur situs, ia juga menemukan, terdapat struktur bangunan kecil yang agak berbeda. Penilaian ini berdasarkan teknologi pengerjaan batanya yang agak dimiringkan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement