Kamis 14 Mar 2019 13:19 WIB

Dari Zaman Apa Situs Purbakala di Proyek Tol Malang-Pandaan?

Tim arkeolog memperkirakan situs di proyek tol berasal dari zaman Majapahit

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Karta Raharja Ucu
Tim arkeolog mengekskavasi situs Majapahit di atas lahan pembangunan tol Pandaan-Malang, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Rabu (13/3).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Tim arkeolog mengekskavasi situs Majapahit di atas lahan pembangunan tol Pandaan-Malang, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Rabu (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tim arkeolog dari Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) memprediksi situs Majapahit yang ditemukan di atas lahan tol Pandaan-Malang cukup luas. Ketua Tim Arkeolog Wicaksono Dwi Nugroho memprediksi situs meluas ke arah barat laut dari penemuan awal tumpukan batu bata.

Pada hari kedua proyek ekskavasi, Wicak menerangkan, tim telah menambah luasan penggalian sebesar 10x8 meter. Lahan yang digali sejak Rabu (13/3) pagi ini memiliki kedalaman 20 sentimeter.

Baca Juga

"Kita buat tiga kotak (dengan kedalaman) 35 sentimeter dari permukaan tanah. Luasnya 2x2 meter untuk satu kotak (penggalian)," ujar Wicak kepada Republika saat melakukan proses ekskavasi di Sekarpuro, Pakis, Malang, Rabu (13/3).

Menurut Wicak, penggalian ini pada dasarnya bertujuan menemukan struktur situs. Kemudian, juga untuk melihat keluasan bentangan struktur bata situs tersebut. Dengan demikian, BPCB dapat memberikan rekomendasi kepada pihak pengelola pembangunan jalan tol.

Beberapa waktu lalu, dilaporkan adanya temuan reruntuhan situs purbakala di atas lahan proyek tol Pandaan-Malang. Lokasi penemuan di atas lahan pembangunan jalan tol ruas Malang-Pandaan sektor IV, kilometer (km) 35.

Menurut Wicak, temuannya berupa struktur bata yang saat ini berada di dinding tebing tanah sisi barat daya jalan tol. Situs dapat ditemukan karena level tanah direndahkan sekitar tiga meter guna pembangunan jalan tol.

Berdasarkan pengamatan, Wicak mengiidentifikasi struktur bata berukuran lebar 205 sentimeter dengan ketinggian tertinggi 110 sentimeter (15 lapis bata). Bata-bata tersebut kemungkinan besar dibuat dengan teknik gosok. Strukturnya diperkirakan membentang dari arah barat daya ke timur laut.

photo
Tim arkeolog mengekskavasi situs Majapahit di atas lahan pembangunan tol Pandaan-Malang, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Rabu (13/3).

Di bagian timur laut, Wicak mengungkapkan, situs mengalami kerusakan akibat kegiatan pengerukan tanah eksisting guna pembangunan jalan. Sementara, di sisi barat daya, dia memprediksi, masih terdapat kelanjutan dari struktur bata tersebut. Ada pun perihal penyusunannya, struktur bata memiliki tiga variasi ukuran.

Hingga kini, Wicak mengaku, belum menemukan temuan apa pun selain tumpukan bata di lahan tersebut. Temuan koin, keramik, dan gerabah justru diperoleh dari warga setempat.Sejak Selasa malam (12/3), tim telah mendata temuan yang dimiliki warga dari sekitar situs.

"Sudah ada lima warga, kemarin baru pendataan. Nanti hasil data ini diperuntukkan untuk analisis mana yang kemudian bisa dikompensasi, kita akan koordinasi juga dengan penemu," kata dia.

Tak sedikit warga Sekarpuro yang menyimpan temuan peninggalan purbakala di sekitar lahan ini. Barang-barang peninggalan ini bahkan telah ditemukan warga sejak lama.

Ketua RT 15 RW 18 Desa Sekarpuro, Muhammad Arifin, mengatakan, sejak 1950-an selalu ada warga yang menemukan barang-barang peninggal an sejarah itu. "Jadi, sebelum ada tol warga sudah sering nemu, tapi bingung, dulu itu kalau mau lapor ke mana, nggak tahu harus lapor ke mana. Kalau (lokasi temuan) terbaru, ya di situ (sekitar situs)," kata Arifin.

photo
Tim arkeolog mengekskavasi situs Majapahit di atas lahan pembangunan tol Pandaan-Malang, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Rabu (13/3).

Arifin sendiri merupakan salah satu warga yang menyimpan benda peninggalan sejarah di sekitar lahan situs Majapahit. Temuannya terdiri atas koin gepeng, gerabah, lem pengan kuningan, pecahan keramik, dan sebagainya. Bahkan, dia mempunyai koin gepeng sebanyak satu kardus yang kini disimpan di kediaman pribadinya.

Dia mengaku, sengaja menyimpan barang-barang peninggalan ini demi kampung dan anak cucunya di masa depan. Dia ingin menunjukkan, terdapat warisan sejarah yang kuat di Dusun Sekaran, Sekarpuro. Untuk itu, dia selalu menolak menjual koleksinya kepada para kolektor.

"Temuan punya teman yang lain sudah dijual semuanya. Kalau saya tidak (dijual), saya simpan. Banyak kolektor yang minta dan datang ke rumah, saya selalu tinggikan harganya," ujar dia.

Direktur Utama PT Jasamarga Pan daan-Malang (JPM) Agus Purnomo mengatakan, telah menerjunkan tim untuk meninjau ke lokasi temuan. Dia mengaku, belum bisa memastikan apakah temuan tersebut termasuk situs purbakala.

"Hingga kini, pihaknya masih menilai temuan tersebut sebagai tumpukan bata merah. Oleh sebab itu, kami berkoordinasi dengan BPCB setempat untuk memastikannya," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement