REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandiaga Uno, Neno Warisman, kembali absen dalam pemanggilan Bawaslu DKI Jakarta, Senin (11/3). Selain Neno, Fadli Zon juga tidak memenuhi panggilan Bawaslu.
Anggota Bawaslu DKI Jakarta, Puadi, mengatakan Neno tidak menyampaikan alasan soal ketidakhadirannya. "Kalau Pak Fadli Zon, beliau masih berada di luar negeri. Namun, Ibu Neno tidak ada kabar," ujar Puadi ketika dikonfirmasi, Senin malam.
Sementara itu, pihak MUI DKI Jakarta juga sudah memenuhi panggilan pemeriksaan Bawaslu pada hari ini. Sebelumnya, Ketua MPR yang juga politisi PAN, Zulkifli Hasan, sudah memenuhi panggilan Bawaslu DKI Jakarta, pada 5 Maret lalu.
"Pada 5 Maret, kami sudah mengundang beberapa terlapor yaitu Zulkifli Hasan, Fadli Zon dan Neno Warisman. Kami juga memanggil empat penyelenggara acara Munajat 212. Mereka semua merupakan terlapor dan yang memenuhi panggilan hanya Pak Zulkifli Hasan," kata Puadi.
Karena ketidakhadiran ini, Bawaslu akan kembali melayangkan panggilan kapada Neno dan Fadli. Bawaslu DKI saat ini sudah melayangkan surat pemanggilan yang ketiga untuk keduanya.
Neno diminta hadir pada 13 Maret sementara Fadli Zon diminta hadir pada 18 Maret. Menurutnya, sampai saat ini belum ada kabar soal kesanggupan Neno hadir dalam pemanggilan Bawaslu.
Sementara itu, Fadli Zon dijadwalkan bisa memenuhi panggilan Bawaslu. "Informasi stafnya demikian (bisa hadir). Nah ini suratnya langsung dilayangkan hari ini untuk pemanggilan ketiga," tambah Puadi.
Sebelumnya, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta KH Munahar menegaskan, kegiatan sholawat, dzikir dan doa bersama yang digelar MUI DKI Jakarta bersama pengurus masjid, pimpinan majelis taklim, dan ormas Islam se-DKI Jakarta di Lapangan Monas, pada 21 Februari lalu tidak bermuatan politis. Namun, acara ini mendapat protes dari sejumlah pihak.
Salah satunya adalah Juru Bicara TKN Jokowi-Ma’ruf Amin, Ace Hasan Syadzily, yang menilai acara tersebut dicederai dengan nuansa kampanye politik. Padahal, kata Ace, acara tersebut merupakan acara keagamaan yang tujuannya mulia.
“Sungguh mulia acara Munajat 212 tersebut. Namun, ternyata acara itu diciderai dengan nuansa kampanye. Hal itu dibuktikan dengan salam ‘dua jarinya’ Fadli Zon, orasinya Pak Zulkifli Hasan yang tendensius kampanye, Ijtima Ulama untuk pemilihan Presiden serta hadirnya tokoh2 yang mendukung Capres 02,” ujar Ace, Jumat.
Menurut Ace, acara doa bersama tentu sangat positif walaupun nuansa politisnya sangat tak bisa dihindarkan karena memakai embel-embel angka itu. Namun, kata Ace, jika doa bersama itu ternyata dipergunakan sebagai momentum untuk menyampaikan pesan-pesan politik, itu berarti sudah keluar dari niat semula.
“Karena itu, dengan melihat nuansa acara itu patut diduga acara itu merupakan bagian dari politisasi agama dan kampanye politik. Apalagi penyelenggara acara tersebut merupakan tokoh-tokoh yang selama ini dikenal pendukung Capres tertentu,” ungkap Ace.