REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Direktorat Hukum dan Advokasi Tim Kampanye Nasional (TKN) Ade Irfan Pulungan mengatakan, sampai saat ini masih banyak masyarakat di Indonesia yang percaya terhadap kabar bohong atau hoaks. Ia menyebut, berdasarkan data yang dihimpun oleh pihaknya ada sekitar sembilan juta orang yang percaya terhadap hoaks.
Dari jumlah tersebut, menurut Irfan, ada 20 persen pemilik suara yang belum menentukan sikapnya untuk memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dalam pilpres 2019. Ia mengatakan, hoaks tentu dapat memengaruhi elektabilitas paslon pejawat Joko Widodo (Jokowi)-Ma'aruf Amin.
"Kami tidak ingin orang-orang yang belum punya pilihan ini terpengaruh dengan hoaks, makanya ini harus benar-benar kami lawan, kami perangi fitnah atau hoaks dan ujaran kebencian yang memang itu tidak terjadi kepada Pak Jokowi," katanya kepada wartawan saat ditemui di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (8/3) malam.
Irfan bahkan menyebut hoaks sebagai kejahatan luar biasa. Menurutnya, kejahatan ini dapat merusak tatanan negara dan cara berpikir seseorang. Ia menganggapnya sebagai virus yang dapat meracuni seseorang.
Seseorang bisa menjadi korban atau justru pelaku hoaks. Irfan mengimbau kepada semua masyarakat agar lebih cermat untuk memilah agar tersaring berita yang akurat dan berita bohong.
Irfan juga mengajak seluruh pihak yang terlibat dalam pemilu 2019 untuk bersaing secara adil. Ia menyerukan pertarungan gagasan.
"Jangan sekali-kali menyebarkan fitnah, apalagi ujaran kebencian kepada kelompok-kelompok masyarakat atau pemilih-pemilih yang tidak mengerti dengan masalah yang mereka sampaikan," ucapnya.