Jumat 01 Mar 2019 16:11 WIB

Pengembangan Candi Borobudur Jangan Abaikan Masyarakat Lokal

Peran serta masyarakat dibutuhkan agar Borobudur jadi wisata kelas dunia

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah pengunjung menyaksikan matahari terbit pertama tahun 2019 di Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang Jawa Tengah, Selasa (1/1/2019).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Sejumlah pengunjung menyaksikan matahari terbit pertama tahun 2019 di Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang Jawa Tengah, Selasa (1/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Pengembangan kawasan Candi Borobudur menjadi destinasi wisata kelas dunia tetap membutuhkan peran serta masyarakat. Untuk itu, Tim Pelaksana Program Pengembangan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB) tetap merangkul masyarakat sekitar Candi Borobudur.

Hal ini terungkap dalam pertemuan antara perwakilan Tim P3TB dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Jumat (1/3). Dalam kesempatan ini, Gubernur mengatakan kawasan Borobudur menjadi satu dari empat destinasi wisata superprioritas nasional yang digarap serius oleh pemerintah.

Berbagai persiapan sudah dilakukan untuk menjadikan kawasan Borobudur sebagai destinasi wisata unggulan tingkat dunia. Pemerintah bahkan sudah membentuk tim khusus untuk pengembangan Kawasan Borobudur yang melibatkan sejumlah instansi terkait, baik kementerian maupun daerah.

Ganjar berpesan kepada tim P3TB agar tidak mengabaikan peran masyarakat lokal sebagai penunjang utama pariwisata di sekitar kawasan Candi Borobudur. Menurutnya, pembentukan kawasan pariwisata tidak cukup hanya menyiapkan infrastruktur. Keterlibatan dan kesiapan sumber daya manusia (SDM) lokal harus didorong.

Karena, masyarakat sekitar juga juga menjadi elemen penentu untuk menyukseskan rencana pemerintah yang akan mengembangkan Borobudur sebagai destinasi pariwisata kelas dunia. "Sebagus apapun destinasi pariwisata, jika masyarakat sekitar tidak memiliki kemampuan untuk mendukung maka tidak akan berhasil," kata orang nomor satu di Jawa Tengah ini.

Contoh yang paling sederhana, kata Gubernur, adalah bagaimana mengubah perilaku masyarakat setempat terkait dengan kesadaran untuk menciptakan kebersihan lingkungan. Termasuk di antaranya cara mereka menerima dan melayani para wisatawan, cara menjual produk- produk yang berkualitas, dan sebagainya.

"Untuk itu saya berpesan agar tim ini juga melibatkan sosiolog atau antropolog guna mendorong perubahan sikap dan pola pikir masyarakat setempat," lanjutnya.

Pelatihan, penguatan kapasitas, serta pendampingan kepada masyarakat lokal juga harus terus ditingkatkan. Karena, masih banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan, akses sanitasi, dan lingkungan di beberapa destinasi wisata kurang mendapat perhatian.

Selain itu, cara masyarakat menawarkan produk baik kerajinan ataupun olahan makanan dan minuman tradisional juga masih ala kadarnya dan butuh sentuhan inovasi. Seberapapun bagusnya dan seenak apapun produk yang ditawarkan jika kemasan dan cara menjualnya tidak baik maka tidak akan banyak dilirik para wisatawan.

"Misalnya ini, ini Lanting makanan khas tradisional. Menurut masyarakat enak, tapi kalau kemasannya cuma begitu- begitu saja ya kurang bagus lah," tandasnya.

Terkait dengan Borobudur, lanjut Gubernur, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga sudah melakukan banyak hal dalam mendukung persiapan penataan kawasan. Kawasan ini menjadi program nasional dalam pengembangan pariwisata sehingga pemerintah provinsi pun juga harus siap berkolaborasi dengan tim pusat. "Kami sepenuhnya mendukung, apapun yang dibutuhkan oleh Pemerintah Pusat, dan kami akan kami dukung sepenuhnya," kata Ganjar.

Deputi Bidang Pengembangan Regional Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) Rudi S Prawira menyepakati hal ini. Pihaknya terus bekerja untuk mewujudkan kawasan Borobudur menjadi destinasi wisata unggulan yang bertaraf internasional.

Menurutnya berbagai kegiatan sudah dilaksanakan mulai survei, mendatangkan konsultan, dan sejumlah persiapan lainnya. "Saat ini kami sedang membuat masterplan. Kami datang ke Jawa Tengah untuk berkolaborasi dengan pemerintah daerah terkait rencana tersebut," jelas Rudi.

Pemerintah pusat sudah membentuk tim khusus untuk pengembangan kawasan Borobudur. Meski begitu, lanjut dia, keterlibatan tim dari daerah juga sangat penting. Ia juga berharap daerah juga ada tim khusus dengan membentuk kelompok kerja (pokja). Ternyata sudah banyak yang dilakukan daerah untuk pengembangan kawasan Borobudur. "Sehingga tinggal disinkronkan saja dengan apa yang akan segera dilaksanakan oleh pemerintah pusat," tambahnya.

Rudi juga mengamini pernyataan Gubernur Jawa Tengah yang menyatakan penataan kawasan tidak hanya fokus pada penyiapan infrastruktur. Namun, keterlibatan masyarakat dan penyiapan sumber daya manusia yang mumpuni juga sangat penting dilakukan guna mendorong keberhasilan program.

Sebab pada prinsipnya pariwisata tidak akan bisa berkembang tanpa promosi, infrastruktur pendukung, dan SDM yang memadai. Karena itu, ketiga hal tersebut akan menjadi titik berat dalam rangka penataan kawasan Borobudur sebagai destinasi kelas dunia.

Rudi menambahkan proyek penataan kawasan Borobudur tidak hanya dilakukan untuk daerah sekitar candi.Proyek ini diharapkan juga dapat berdampak bagi kawasan- kawasan wisata yang ada di sekitarnya, khususnya Jogja, Solo, dan Semarang (Joglosemar).

"Namun tidak menutup kemungkinan meluas ke daerah lain seperti di Dieng Wonosobo, Purworejo, Klaten, Salatiga, dan daerah- daerah lain yang potensial," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement