Senin 25 Feb 2019 00:24 WIB

Ini Langkah Hayati Setelah Dipecat dari ASN

Pemerintah menegaskan pemecatan Hayati bukan soal cadar, melainkan disiplin.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Teguh Firmansyah
Dr Hayati Syafri, dosen IAIN Bukittinggi yang nonaktif mengajar lantaran keputusannya bercadar, hadir dalam musyawarah akbar ormas Islam, Ahad (25/3). Pertemuan tersebut membahas upaya dialog dengan IAIN Bukittinggi terkait pembatasan cadar di kampus.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Dr Hayati Syafri, dosen IAIN Bukittinggi yang nonaktif mengajar lantaran keputusannya bercadar, hadir dalam musyawarah akbar ormas Islam, Ahad (25/3). Pertemuan tersebut membahas upaya dialog dengan IAIN Bukittinggi terkait pembatasan cadar di kampus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemecatan Dr Hayati Syafri sebagai aparatur sipil negara (ASN) di IAIN Bukit Tinggi Sumatra Barat ini tidak membuat kegiatannya berkurang. Ia menjalankan kesibukannya dari mulai di sanggar hingga di yayasan.

"Hayati dilahirkan sebagai seorang aktivis sejak SD. Mohon doakan selalu bisa bermanfaat untuk investasi akhirat ya," kata Hayati saat berbincang dengan Republika.co.id, Ahad (24/2).

Hayati meminta maaf ketika lambat dalam merespons sambungan media telekomunikasi WhatsApp. Ia mengaku banyak kegiatan di dalam dan luar rumahnya yang menyita waktu.

Ibu dari delapan orang anak ini mengatakan, sejak di non aktifkan IAIN Bukit Tinggi Sumatra Barat, Hayati bersama beberapa temannya mendirikan Sanggar Quran program karantina satu tahun hafal Alquran 30 juz. Namun ia tidak menangani langsung di lapangan, tapi terlibat dalam penyusunan konsep bersama rekan-rekannya. 

"Tapi Hayat gak banyak handle di lapangan cuma sebagai konseptor saja itupun bersama teman-teman lainnya," katanya

Hayati mengatakan, saat ini juga aktif di kajian tentang parenting sebagai tim fasilitator parenting yayasan Minang Perduli. Di sana ia mengaku menjadi fasilitator terbaik.  "Bukan untuk pamer, tapi ini bukti kalau ternyata masyarakat sudah banyak yang menerima cadar dan tidak menganggap cadar sebagai pengganggu dalam proses pembelajaran," katanya.

Hayati menuturkan, kajian rutin parenting yang ia geluti diadakan oleh komunitas bismika yang diadakan sekali seminggu. Hayati juga menjadi pemateri di kajian parenting yang diadakan Bank Syariah Mandiri Bukit Tinggi.

"Pembinaan mahasiswa di komunitas Rabithah sekitar 50 an mahasiswa mengenai pengembangan diri dan komunitas mahasiswa Nurul Huda. Kadang juga diminta mengisi parenting untuk orang tua di lembaga  quran dan pengembangan diri untuk pelajar di Bukittinggi dan Agam," katanya.

Hayati mengatakan, Mahasiswa Nurul Huda itu merupakan kumpulan mahasiswa dan pekerja yang tergabung dari beberapa kampus dan rumah sakit.

Hayati Syafri belum memutuskan kapan akan menempuh jalur litigasi untuk menolak pemberhentiannya sebagai ASN. Sementara ini Hayati hanya baru bisa bespekulasi bahwa pemecetannya hanya karena dia bercadar.

Baca juga, IAIN Bukittinggi Bantah Pecat Dosen Hayati karena Cadar.

Spekulasi Hayati bahwa pemecetan sebagai ASN karena dia bercadar bukan tanpa dasar. Banyak bukti bahwa spekulasinya itu harus disuarakan agar tidak ada lagi perlakuan yang serupa dialami oleh orang lain. "Kemungkinan saya akan menempuh upaya hukum. Karena kalau kezaliman ini dibiarkan maka akan berlanjut ke hayati hayati lainnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement