REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Front Pembela Islam Slamet Maarif mengaku tidak mengetahui kericuhan yang terjadi saat berlangsungnya agenda munajat 212 di Monas, Jakarta, Kamis (21/2) malam. "Saya belum dapat kabar kalau ada ricuh," kata dia singkat kepada Republika.co.id, Jumat (22/2).
Slamet enggan bicara banyak soal itu dan menyarankan agar menanyakan lebih lanjut kepada Panglima Laskar FPI Maman Suryadi.
Dihubungi terpisah, Maman menolak acara munajat 212 disebut ricuh. Menurutnya, acara tersebut secara keseluruhan berjalan lancar dan tidak ricuh.
"Cuma semalam itu, tim pengamanan itu banyak yang menangkap copet. Jadi kericuhan itu bukan kericuhan acara, tapi kericuhan karena adanya copet. Ada kelompok copet yang kita tangkap sampai ada enam orang," kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (22/2).
Maman melanjutkan, pencopet tersebut memang ada di area acara tetapi berhasil ditangkap tim pengamanan.
"Dari tim pengamanan kita langsung itu. (Pencopetnya) ada di area acara. Kalau acara munajat semalam itu berjalan dengan sukses, baik tidak ada gangguan apa-apa, kerjasama dengan polisi juga kita bagus," katanya.
Sebelumnya diberitakan telah terjadi kericuhan di area Monas yang menjadi tempat berlangsungnya agenda shalawat dan doa bersama pada Kamis (21/2) malam tadi.
Kericuhan makin runyam lantaran ada jurnalis yang disebut menjadi korban kekerasan hingga rekaman videonya diminta dihapus.
Terkait itu, Maman menegaskan bahwa tidak ada intimidasi terhadap jurnalis mana pun.
Panitia acara, kata dia juga tidak menolak maupun mengusir kedatangan jurnalis sehingga siapapun jurnalisnya dibebaskan untuk meliput agenda tersebut di malam itu.
"Bahkan media dari Australia ada di dalam, mengambil gambar dan meliput. Saya rasa kalau soal teknis yang tadi disebut itu mungkin karena kesalahpahaman kali ya. Tapi yang jelas untuk peliputan tadi malam tidak ada masalah, semua media daring itu ada di lapangan kok. Enggak kita intimidasi," ucapnya.