Jumat 22 Feb 2019 12:27 WIB

Antisipasi Tsunami, Relokasi Warga Pesisir Belum Prioritas

Prioritas upaya mitigasi bencana saat ini adalah peningkatan pendidikan siaga bencana

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Jokowi meninjau simulasi program Tagana Masuk Sekolah
Foto: Twitter
Jokowi meninjau simulasi program Tagana Masuk Sekolah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah belum menjadikan upaya relokasi warga yang tinggal di pesisir pantai, khususnya yang memiliki risiko kebencanaan tinggi, menjadi sebuah kebijakan prioritas. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa prioritas upaya mitigasi bencana saat ini adalah peningkatan pendidikan siaga bencana melalui sekolah-sekolah. Sedangkan persoalan relokasi, Jokowi menyebutkan bahwa hal ini akan dilakukan setelah upaya pendidikan kebencanaan bisa optimal.

"Ya satu-satu. Masalah di situ sudah berpuluh-puluh tahun dan banyak. Satu-satu," kata Jokowi, Jumat (22/2).

Baca Juga

Presiden menyebutkan bahwa upaya mitigasi bencana dilakukan terutama di wilayah-wilayah pesisir, terutama di pesisir barat Sumatra, selatan Jawa, dan wilayah lain yang memiliki kerentanan bencana tinggi. Penegasan soal pendidikan perencanaan disampaikan Presiden saat meninjau simulasi program Taruna Siaga Bencana (Tagana) Masuk Sekolah di SD Negeri Panimbang Jaya 1, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang awal pekan ini.

"Semua (daerah) tidak hanya di Padang (Sumbar) saja. Saya sudah sampaikan kepada kepala BNPB untuk melakukan mitigasi bencana kemudian pendidikan kebencanaan. Pokoknya sudah dimulai di Banten. Di tempat lain juga, daerah rawan bencana supaya juga dilakukan secepat cepatnya," katanya.

Upaya relokasi warga pesisir memang harus mulai dipikirkan pemerintah, mengingat ancaman bencana yang cukup tinggi. Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Danny Hilman Natawijaya menilai puluhan kali gempa pada 2 - 5 Februari 2019 di segmen Mentawai, Sumatra Barat (Sumbar), bisa menjadi penanda awal terjadinya gempa besar 8,8 SR di daerah itu. Pola itu pernah terjadi saat gempa dan tsunami Aceh pada 2004.

"(Di Aceh) Gempa itu dimulai dengan gempa 7,2 SR di Simeulue kemudian dua tahun setelahnya terjadi megathrust 9,2 SR di Aceh," katanya di Padang, Rabu (6/2).

Danny menjelaskan, gempa pada sebuah segmen akan mempengaruhi segmen di dekatnya. Hal itu yang kemungkinan terjadi dengan gempa yang terjadi di Sumbar beberapa waktu terakhir ini. Berdasarkan penelitian, pengaruh gempa terhadap segmen gempa di dekatnya bisa dirasakan antara tiga bulan hingga 30 tahun. Artinya dalam kurun waktu itu, gempa megathrust kemungkinan besar terjadi di Sumbar.

Apalagi, jika menghitung siklus gempa megathrust Mentawai yaitu 200-300 tahun. Gempa besar terakhir yang terjadi pada segmen itu diperkirakan pada 1797, artinya saat ini sudah memasuki puncak siklus tersebut.

Hanya saja, ada harapan energi gempa yang diperkirakan 8,8 SR itu bisa berkurang. Penyebabnya, adanya pelepasan energi secara sedikit-demi sedikit dengan gempa 6-7 SR.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement