REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Calon Wakil Presiden nomor urut 01, KH. Ma'ruf Amin meminta kepada warga Nahdlatul Ulama (NU) untuk menjaga umat dari pikiran yang menyimpang. Karena, menurut dia, saat ini ada arus pemikiran yang terlalu tekstual dan terlalu liberal dalam memahami ajaran agama.
"Harus jaga umat dari cara berpikir menyimpang. Karena ada yang berpikir tekstual yang hanya berpegang pada nash. Dan juga berpikir liberal yang memberikan penafsiran berlebihan," ujar Kiai Ma'ruf saat bertausiyah dalam acara Milad Pondok Pesantren Al Muhajirin dan Harlah NU ke-93 di Kabupaten Purwakarta, Sabtu (16/2).
Kiai Ma'ruf mengatakan, para ulama NU selalu mengajarkan agar berpikir moderat dalam memahami agama sesuai dengan paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah. Moderasi beragama itu lah yang menurutnya harus tetap dirawat di kalangan nahdliyin.
"Kita diajarkan ulama tidak tekstual dan liberal. Tapi moderat. Moderasi ini yang harus kita pertahankan dari gerakan-gerakan yang ekstrem," ucap Kiai Ma'ruf.
Selain itu, menurut dia, saat ini banyak orang yang berdakwah tidak dengan cara yang santun seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. "Banyak orang berdakwah bukan dengan cara yang santun seperti nabi tapi banyak yang ahli maki-maki. Banyak sekarang, maki kiri, maki kanan. Bukan menasehati tapi memaki-maki," kata Mustasyar PBNU ini.
Karena itu, Kiai Ma'ruf mengajak kepada seluruh warga nahdliyin dan kalangan santri untuk terus membangun paham Aswaja Nahdliyah. Dia pun bersyukur di Indonesia terdapat pesantren yang bisa melahirkan tokoh agama untuk menjaga paham moderat tersebut.
"Makanya kita harus membangun paham yang diwarisi para ulama yang moderat tapi dinamis, yaitu Aswaja," jelas Ketua Umum MUI ini.
Saat datang ke acara Haul NU ke-93 tersebut, Kiai Ma'ruf disambut oleh Pimpinan Pondok Pesantren Al-Muhajirin, KH. Abun Bunyamin, serta ribuan masyarakat dan santri. Acara ini juga dihadiri Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, Ketua Tanfidziyah PBNU Jawa Barat, KH. Hasan (Gus Hasan), dan Ketua Jatman Jawa Barat, Eep Nurdin.