REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sebanyak 70 ribu warga Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang kesulitan air bersih lantaran rusaknya jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kerta Raharja (TKR). Kerusakan yang terjadi sejak Rabu (13/2) hingga saat ini belum bisa diperbaiki.
Humas PDAM TKR Samsudin Endu mengiyakan jumlah warga yang terimbas akibat rusaknya jaringan pipa. Bahkan, beberapa warga juga ada yang mengantre di depan kantor PDAM TKR untuk mendapatkan air bersih.
Namun, PDAM TKR telah mengerahkan lima unit mobil tangki untuk mendistribusi air bersih kepada pelanggannya. "Mobil tangki itu terus berkeliling. Permintaan air tangki juga bisa melalui Contact Center 082122777666," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (15/2).
Menurut dia, pekerjaan interkoneksi sebenarnya telah dilakukan sejak Kamis (14/2). Perbaikan itu dinyatakan telah selesai pada malam harinya.
Namun, pada Jumat (15/2) pagi ada kebocoran kembali di area pekerjaan interkoneksi tersebut. Akibatnya, petugas dari PDAM TKR harus kembali memperbaiki kebocoran itu.
"Jika tidak ada halangan atau kendala kami usahakan malam ini dapat diselesaikan," kata dia.
Samsudin mengatakan, untuk sementara pihaknya masih fokus untuk mendistribusikan air ke rumah sakit, terutama IGD. Namun, jika ada masyarakat yang membutuhkan, ia menegaskan, pasti akan disalurkan.
Meski begitu, ia masih belum mengetahui kapan distribusi air melalui pipa dapat berjalan normal. "Untuk memperkirakan waktunya secara pasti lantaran harus mengecek ke lapangan terus," kata dia.
Sementara itu, Nadha (25 tahun), salah seorang warga Kota Tangerang mengaku terganggu akibat rusaknya jaringan pipa PDAM. Padahal, setiap bulan keluarganya selalu membayar tagihan tepat waktu.
"Terganggu pasti. Apalagi sudah dua hari," kata dia.
Nadha mengaku telah berlangganan PDAM sejak tiga tahun terakhir. Menurut dia, gangguan memang kerap terjadi dan aliran air menjadi lebih sedikit.
Ega (35), salah seorang pelanggan PDAM, mengatakan kerusakan sudah terjadi sejak Rabu (13/2). Menurut dia, saat itu air masih keluar, tapi alirannya sangat kecil.
"Awalnya ngalir tapi kecil. Sekarang malah mati total hingga hari ini," kata dia.
Ia mengaku tak mendapat surat pemberitahuan dari PDAM mengenai adanya perbaikan. Alhasil, kini ia kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut dia, sudah sering terjadi masalah kebocoran pada PDAM.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci, keluarganya menggunakan air tanah milik balai warga yang di dekat tempat tinggalnya. "Untuk makan dan minum menggunakan air galon isi ulang. Semua begitu, nyuci semuanya pakai air di balai warga. Tapi tidak dikonsumsi, bau besi," katanya.