REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu faktor kerugian yang harus ditelan oleh PT PLN (Persero) adalah masih maraknya pencurian listrik. PLN Distribusi Jakarta Raya mencatat, pada 2018 kemarin akibat pencurian listrik, PLN harus kehilangan pendapatan sebesar Rp 1,26 triliun.
General Manager PLN Distribusi Jakarta Raya (Disjaya), M Ikhsan Asaad menjelaskan pada 2018 lalu losses yang harus ditelan PLN sebesar 6 persen. Namun, kata Ikhsan, losses tersebut 3 persennya bersumber dari persoalan teknis, sedangkan 3 persen lagi ternyata karena masih maraknya pencurian listrik.
"Pencurian listrik ini masih ada. Kemarin losses saya sampai 6 persen dari penjualan. Teknis katakanlah 3 persen ya. Nonteknis itu sampai 3 persen," ujar Ikhsan, Ahad (10/2).
Ikhsan menjelaskan jika pada 2018 kemarin konsumsi listrik PLN Disjaya sebesar 2,8 TwH maka, 3 persen dari konsumsi tersebut hilang karena pencurian listrik. Meski begitu, kata Ikhsan angka ini sudah lebih baik dibandingkan pada 2017 losses-nya bisa mencapai 20 persen.
"Ya kalau revenue kita kemarin Rp 42 triliun. Hilang 3 persennya, berapa itu," ujar Ikhsan.
Ikhsan menjelaskan untuk bisa menekan losses ini, PLN Disjaya mencoba untuk melakukan penertiban. Kemarin, menurut Ikhsan, dua toko buah di Cengkareng kedapatan mencuri listrik.
"Rata rata rumah tangga. Tapi kemarin tuh tiga toko buah kena di Cengkareng. Mereka pakai sistem jumper, jadi katakanlah ada tiga panel. Yang diaktifkan hanya 2 panel, satu panelnya di jump," ujar Ikhsan.